KOMPAS.com - Pentingnya sistem peringatan dini bencana di berbagai belahan dunia menjadi salah satu pembahasan dalam World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam high level panel kedelapan WWF bertopik Early Warning for All, Senin (20/5/2024).
Dia mengatakan, tsunami Aceh yang terjadi saat Indonesia sama sekali belum memiliki sistem peringatan dini, tidak boleh terulang kembali.
Baca juga: Digitalisasi Bantu Desa Atasi Stunting hingga Mitigasi Bencana
Tsunami Aceh yang terjadi 20 tahun lalu masih menjadi sebuah mimpi buruk. Saat itu, kebanyakan orang Indonesia tidak tahu apa itu tsunami.
"Bahkan saya sebagai ahli geologi, saya tahu dari buku teks bahwa tsunami itu bla bla bla. Faktanya saat itu terjadi, kami seperti kehilangan akal sehat," kata Dwikorita dikutip dari siaran pers.
Akibat dari bencana tersebut, korban jiwa mencapai ratusan ribu orang di Indonesia dan di seluruh dunia. Kerugian diperkirakan mencapai miliaran dollar AS.
Kejadian tersebut membuat Indonesia belajar banyak. Pemerintah lantas mengembangkan sistem digital dan mengesahkan Undang-Undang (UU) Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Baca juga: Menuju WWF ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Antisipasi Risiko Bencana Alam
Pemerintah Indonesia juga menambahkan kurikulum untuk belajar tentang bencana tsunami di sekolah.
Dalam panel Early Warning for All, para panelis mendorong kerja sama dan kolaborasi internasional untuk mewujudkan peringatan dini bagi semua.
Para panelis yang berasal dari berbagai organisasi internasional saling bertukar pandangan dan pengalaman tentang sistem peringatan dini.
Sementara itu, Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO menyerukan setiap negara memulai pembelian nasional dan memiliki pembiayaan untuk The Early Warnings for All Initiative (EW4AII).
EW4AII merupakan inisiatif dari WMO untuk memastikan perlindungan universal dari cuaca, air atau peristiwa iklim yang berbahaya melalui sistem peringatan dini yang menyelamatkan jiwa pada akhir 2027.
Baca juga: Ada 1.258 Kejadian Bencana di Jakarta Sepanjang 2023
"Kami telah mengidentifikasi 30 negara prioritas oleh Sekretaris Jenderal (PBB), tetapi sekarang adalah kesempatan Anda untuk mendorong inisiatif dari negara-negara tersebut dengan dukungan WMO dan semua lembaga lainnya," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Pembelian untuk peringatan dini, lanjutnya, memang menjadi tantangan yang besar untuk diterapkan.
Oleh karena itu, dia mengajak setiap negara untuk bekerja sama untuk mewujudkannya sembari memobilisasi sumber daya manusia yang juga menjadi tantangan lainnya.
Menurut dia, pemantauan dan evaluasi sumber daya manusia harus dilakukan secara rutin agar dapat mengetahui peningkatan kinerja dan menjadi rujukan bagi pengambil keputusan dalam mendukung inisiatif sistem peringatan dini.
"Terakhir, inovasi. Kita belajar dari pengalaman dan kita bisa memindahkan contoh dari satu tempat ke tempat lain berkat inovasi, jadi saya yakin di tingkat lokal, kita bisa mendorong banyak ide baru. Saya berharap inisiatif ini dapat meningkatkan kapasitasnya di semua negara di seluruh dunia," ucapnya sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Asia Jadi Benua Terdampak Bencana Iklim Paling Parah Sepanjang 2023
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya