Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popok dan Pembalut Sekali Pakai Jadi Ancaman Lingkungan

Kompas.com - 25/05/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Popok dan pembalut sekali pakai memberikan kenyamanan karena dapat langsung dibuang setelah digunakan.

Akan tetapi, setelah terpakai dan terbuang, popok dan pembalut sekali dapat menimbulkan masalah lingkungan yang besar.

Limbah popok dan pembalut yang mengandung kotoran cair atau padat dan terbuang dapat memicu gangguan kesehatan pada mahluk hidup.

Baca juga: Penemuan Baru, Coklat yang Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan

Contohnya iritasi paru-paru, penyakit kulit, bahkan sesak napas. Tak hanya pada manusia, tumbuhan air dan ikan juga bisa mengalami gangguan akibat limbah tersebut.

Periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lies Indriati mengatakan, risiko pencemaran lingkungan juga muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya

Komponen materialnya terdiri dari berbagai lapisan. Secara umum limbah popok dan pembalut memiliki lima komponen penyusun yang sama.

"Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, perilaku pengguna dan pengelola," ujar Lies dalam acara EnviroTalk #32 dengan tema "Dari Limbah Menjadi Komoditas Bernilai Tambah: Tantangan dan Potensi dalam Pengolahan Sampah Popok dan Pembalut Bekas", Rabu (22/5/2024).

Lapisan atas terdiri terdiri dari poliester, polietilen (PE), polipropilen (PP), campuran PE/PP, viskosa atau rayon, dan kapas.

Baca juga: Tak Hanya Ramah Lingkungan, Ini 3 Indikator Pekerjaan Jadi Green Jobs

Lapisan aquisition distribution layer (ADL) terdiri dari poliester, PE, PP, viskosa atau rayon, kapas, serat selulosa atau pulp.

Bagian inti penyerap atau core terdiri dari serat selulosa atau pulp, kapas, polimer penyerap super, poliester.

Lapisan bawah atau bottom terdiri dari PE, PP, dam asam polilaktik. Kemudian perekat dari resin sintetis dan polimer termoplastis serta pelepas yang terdiri dari kertas dan berlapis silikon.

Menurutnya, sejauh ini belum ada kebijakan pengelolaan sampah yang belum mengklasifikasikan limbah popok dan pembalut sekali pakai.

Selain itu, belum ada dan belum diperhatikan sistem pengelolaannya secara serius di Indonesia, sebagaimana dilansir situs web BRIN.

Baca juga: Bangun Ekonomi Nusantara, Walhi Berdayakan Warga Kelola Lingkungan

Alternatif pengolahan sampah popok

Sementara itu, Chief Executive Officer Bank Sampah Bersinar Febrianti SR menuturkan, masih banyak sampah popok bayi yang belum terkelola dengan baik.

Meskipun penggunaan popok sekali pakai lebih praktis, ia mendorong penggunaan produk yang dapat digunakan kembali, seperti cloth diaper (clodi).

"Namun, kami juga memahami bahwa tidak semua ibu memiliki waktu dan tenaga untuk menggunakan popok kain, sehingga kami menyediakan solusi pengolahan sampah popok sekali pakai," ujarnya.

Untuk mengolahnya, Bank Sampah Bersinar melakukan metode pengolahan khusus agar bisa kembali didaur ulang.

Baca juga: Berbahaya Bagi Lingkungan, Sampah Puntung Rokok Mesti Diatasi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah masyarakat perlu membersihkan popok bekas sebelum disetorkan.

"Sampah popok yang disetorkan harus bersih dari kotoran padat, namun urine tidak masalah, karena mengandung urea yang dapat digunakan untuk pupuk cair organik," kata Febrianti.

Popok yang sudah dibersihkan kemudian diproses untuk memisahkan fiber, plastik, dan cairan organiknya.

Fiber hasil pengolahan sampah popok disuplai ke PT Konut Indonesia sebagai material alternatif. Plastik yang dihasilkan digunakan untuk membuat produk daur ulang, sementara cairan organik digunakan sebagai pupuk cair.

"Proses pengolahan ini menggunakan mesin yang dirancang untuk memisahkan komponen-komponen tersebut, lalu mengeringkannya dengan sinar matahari untuk menghemat energi," urainya.

Baca juga: Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat Efektif Pulihkan Lingkungan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Pemerintah
Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Pemerintah
Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Pemerintah
Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Swasta
InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

BUMN
NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

Pemerintah
Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Pemerintah
IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

Swasta
Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Pemerintah
BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

Pemerintah
Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Pemerintah
COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

Pemerintah
PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

Pemerintah
Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Pemerintah
Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau