Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/04/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pengakuan dan perlindungan terhadap wilayah kelola rakyat (WKR) efektif memulihkan lingkungan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.

WKR merupakan mekanisme pengelolaan wilayah tertentu yang integratif dan partisipatif, baik dalam aspek kepemilikan, konsumsi, tata kelola, dan produksi.

Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pengelola Perhutanan Sosial Indonesia (AP2SI) Roni Usman mengatakan, salah satu bukti efektifitas pengakuan WKR adalah di Desa Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Baca juga: Bangun Jalan Tol, HK Utamakan Aspek Ramah Lingkungan

Roni menyampaikan, masyarakat Desa Ibun mendapatkan izin pengelolaan perhutanan sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada 2017.

Dulunya, kawasan tersebut hanya ditumbuhi ilalang dan rentan kebakaran. Kini, kawasan tersebut dikelola warga dengan memadukan kopi dengan tanaman hutan.

"Saat ini, lebih dari 60 persen kawasan hutan yang dulunya terbuka telah hijau kembali. Di saat bersamaan, kopi yang ditanam menjadi sumber pendapatan baru," kata Roni dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (29/4/2024).

Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Zenzi Suhadi menyampaikan, roda penggerak dari ekonomi nusantara terletak pada pengakuan dan perlindungan WKR.

Baca juga: Percepat Transisi Ramah Lingkungan Asia Tenggara, 5 Sektor Ini Perlu Dikebut

Dia menambahkan, skema ekonomi nusantara mendukung praktik-praktik ekonomi lokal yang berkelanjutan dan menyatukan nilai-nilai ekologi, sosial, dan ekonomi secara seimbang.

Secara alami, ekonomi nusantara menumbuhkan ekosistem baru berupa jaringan ekonomi komoditas yang dihasilkan oleh komunitas dari wilayahnya.

Tujuannya adalah untuk memulihkan hak-hak rakyat, ekosistem, dan ekonomi.

"WKR menjadi pondasi sekaligus kunci bagi Walhi dalam menciptakan ekosistem ekonomi nusantara sebagai upaya mendorong kemandirian ekonomi komunitas," ujar Zenzi.

Baca juga: KLHK Gelar Festival Pengendalian Lingkungan, Ajak Pulihkan Alam

"Sekaligus meningkatkan kedaulatan pangan dan energi dengan mengurangi emisi dan menyerap karbon," imbuhnya.

Dalam laporan Walhi bertajuk Ekonomi Nusantara: Tawaran Solusi Pulihkan Indonesia, praktik ekonomi nusantara tetap eksis dan menopang kehidupan rakyat

Laporan tersebut meneliti lima lanskap ekologis yakni gambut, hutan dataran tinggi, perbukitan hutan dataran rendah, dan pesisir yang dilakukan di Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.

Zenzi menuturkan, praktik ekonomi nusantara hanya mungkin dilakukan dengan baik jika ada pengakuan dan perlindungan.

Baca juga: Gelas Kertas Ramah Lingkungan Indonesia Dukung The RunCzech Marathon

Dia menambahkan, sampai saat ini Walhi mendampingi 1,3 juta lahan yang dikelola oleh komunitas.

"Dari pendampingan tersebut Walhi berhasil mengidentifikasi 77 jenis sumber pangan dan komoditas potensial sebagai sumber kesejahteraan komunitas, basis pembangunan ekonomi nasional, dan pangan global," papar Zenzi.

Sri Hartati, perwakilan dari Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bayang Bungo Sumatera Barat, menceritakan praktik ekonomi nusantara dalam menghasilkan produk turunan hasil tanaman hutan, yakni sirup pala.

Produk ini menjadi unggulan pemerintah Nagari Kapujan dan berhasil menjuarai Kompetisi Produk UMKM tingkat Kabupaten Pesisir Selatan.

Baca juga: Gedung Kantor Ramah Lingkungan Lebih Diminati

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Pemerintah
Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Pemerintah
Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Pemerintah
Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Swasta
InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

BUMN
NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

Pemerintah
Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Pemerintah
IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

Swasta
Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Pemerintah
BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

Pemerintah
Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Pemerintah
COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

Pemerintah
PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

Pemerintah
Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Pemerintah
Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau