KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menargetkan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit kendaraan listrik roda dua mengaspal pada tahun 2030.
Dari target tersebut, diharapkan terjadi penghematan energi sebesar 29,79 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE) dan reduksi emisi gas buang sebanyak 7,23 juta CO2.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang ambisius untuk penerapan kendaraan listrik, yang bertujuan untuk memiliki 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit kendaraan listrik roda dua di jalan pada tahun 2030.
Hal ini ia sampaikan dalam diskusi panel High-Level Closed-Door Ministerial Discussion, sebagai rangkaian kegiatan IEA's 9th Global Conference On Energy Efficiency (GCEE) di Nairobi, Kenya, Rabu (22/5/2024) waktu setempat.
Baca juga: PLN: Kendaraan Listrik Kurangi Emisi Karbon 56 Persen dan Lebih Hemat
Lebih lanjut, kata dia, sektor transportasi dinilai merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar. Untuk itu, upaya dekarbonisasi di sektor transportasi melalui elektrifikasi sangat penting, untuk mengurangi bahan bakar fosil.
Total 11 juta kendaraan yang mengaspal di Indonesia telah menghasilkan lebih dari 35 juta ton emisi CO2, sedangkan truk mengeluarkan lebih dari 50 juta ton.
"Dalam hal ini, sistem transportasi yang berkelanjutan dan bersih sangat penting untuk memitigasi dampak lingkungan yang signifikan dari sektor transportasi," ujar Dadan.
Saat ini, Dadan mengakui masih ada kesenjangan harga yang tinggi antara kendaraan listrik dengan kendaraan konvensional. Oleh karena itu, pemerintah memberikan insentif pajak dan subsidi untuk mobil listrik, mobil hibrida, dan sepeda motor listrik.
"Indonesia menyiapkan dana USD 455 juta untuk mensubsidi penjualan sepeda motor listrik. Subsidi tersebut mencakup penjualan 800.000 sepeda motor listrik baru dan konversi 200.000 sepeda motor bermesin pembakaran," ujarnya.
Lebih lanjut, untuk mendukung terbentuk ekositem kendaraan listrik, pemerintah terus memperbanyak pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU).
Per April 2024, jumlah total stasiun pengisian daya yang tersedia sudah mencapai 1.566 unit, sementara unit baterai swap sebanyak 1.772 unit. Pemerintah menargetkan akan menambah 48.118 unit stasiun pengisian daya dan 196.179 unit stasiun swap pada tahun 2030 nanti.
Baca juga: Usia Kendaraan Listrik Capai 20 Tahun, Baterai Bisa Didaur Ulang
Ketersediaan pengisi daya di rumah, kata dia, juga sama pentingnya untuk menciptakan infrastruktur pengisian daya yang komprehensif.
Untuk memfasilitasi pengisian daya di rumah, PT PLN menawarkan insentif seperti harga khusus untuk peningkatan sistem kelistrikan dan potongan tarif untuk pengisian daya semalaman.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahjana mengatakan bahwa Indonesia tengah serius dalam upaya mengembangkan rantai pasok ekosistem baterai kendaraan listrik.
Hal ini dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir, mengingat Indonesia dianugerahi potensi nikel cukup besar dalam mendukung pengembangan industri ekosistem kendaraan listrik.
"Saat ini, pengolahan bijih nikel menjadi nikel dan kobalt sulfat sudah ada. Proyek-proyek berikutnya yang perlu dilaksanakan dan dipromosikan adalah pembuatan prekursor baterai, katoda, sel baterai, dan baterai, mengingat industri pengisian daya listrik dan daur ulang baterai juga sudah ada," paparnya, dikutip dari laman resmi, Minggu (26/5/2024).
Namun, Agus mengutarakan bahwa untuk mencapai keberhasilan, butuh kolaborasi dari seluruh pihak, termasuk pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, hingga mitra internasional.
"Target transisi energi sangat menantang dan ambisius karena membutuhkan teknologi rendah karbon yang inovatif, industri pendukung, pendanaan yang masif, serta komitmen dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya