Salah satunya, foto yang sudah diambil harus dicetak pada hari yang sama, dan segera dihapus agar tidak tersimpan lama.
Lebih lanjut, Yohana mengungkapkan bahwa mengajar anak rimba yang berada di lokasi sawit lebih berat dibandingkan hutan belantara.
Sebab, mobilitas orangtuanya biasanya lebih tinggi. Mereka harus pindah setiap kali diusir pengelola kebun, sehingga seringkali saat guru datang, tempat tersebut sudah kosong.
Bersyukur, belakangan ini program-program pendidikan bagi masyarakat pedalaman cukup mendapat perhatian baik oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.
Kendati demikian, besarnya tantangan Orang Rimba dalam hal edukasi, membuat pihak Yohana terus melakukan upaya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam membantu mereka.
Tak hanya bantuan sosial dan materil, Yohana menyebut pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dapat berkontribusi langsung.
"Perlu perhatian, termasuk tambahan tenaga pengajar dan pendidik, untuk mau tinggal di sana selama beberapa waktu. Seperti dari KKI Warsi mengirim relawan pengajar, tiga bulan stay mengajar secara terus-menerus," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya