Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Melya Findi
Communication Officer NGO

Staf komunikasi dalam mendukung kegiatan pembangunan yang inklusif bagi masyarakat marginal

Sistem Agrosilvopastura untuk Ketahanan Pangan Masyarakat Adat Kaluppini

Kompas.com - 28/05/2024, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JEJERAN pegunungan cadas Enrekang yang cantik nampak di sepanjang jalan menuju Desa Kaluppini yang berjarak kurang lebih 30 menit dari pusat Kota Enrekang, Sulawesi Selatan. Desa ini merupakan salah satu dari desa yang dihuni oleh masyarakat adat Kaluppini.

Sama seperti sebagian masyarakat adat lainnya, masyarakat adat Kaluppini juga masih memegang teguh kepercayaan dan hukum adatnya.

Mereka hidup bergantung dari alam yang menyediakan sumber pangan bagi masyarakat setempat. Sumber daya alam memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup masyarakat adat Kaluppini.

Meski demikian, dampak perubahan iklim juga turut dirasakan masyarakat adat Kaluppini. Salah satunya adalah bagaimana tanaman produksi yang bergantung pada curah hujan kekeringan air, longsor, serta dampak pada aspek peternakan di mana kurangnya ketersediaan pakan ternak saat musim kemarau tiba.

Perubahan iklim turut menyebabkan perubahan-perubahan dari pola perilaku pangan masyarakat adat.

Salah satu contoh dari buku berjudul Kumande Samaturu: Berdaulat Pangan di Kaluppini yang ditulis oleh Nurbaya, peneliti dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Mamuju, Sulawesi Barat, menyebutkan dahulu makanan pokok masyarakat adat Kaluppini tidak hanya nasi, tapi juga ba’tang atau jewawut.

Namun produksi ba’tang berkurang sejak bertahun-tahun lalu, sehingga mereka mengganti bahan makanan pokok utama menjadi beras.

Meski demikian, jumlah produksi pangan juga tidak menentu, sehingga membuat masyarakat adat masih harus membeli beras dan bahan pangan dari luar karena kurangnya ketersediaan pangan akibat gagal tanam dan gagal panen.

Ketahanan pangan dan ritual adat

Masyarakat adat memiliki ragam ritual yang wajib dilakukan sesuai dengan aturan adat yang dimiliki komunitas adat. Tak terlepas bagi masyarakat adat Kaluppini.

Masyarakat adat Kaluppini mempunyai banyak tradisi dan pengetahuan tradisional untuk menyokong ketahanan pangan komunitasnya.

Pengetahuan tradisional ini juga meliputi tentang sistem pertanian dan pengelolaan SDA yang mendukung pelestarian alam untuk menjaga ketahanan pangan komunitas.

Dalam ritual, pangan dan komoditi setempat merupakan sesuatu yang wajib tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa berbicara pangan dan komoditas tidak terlepas dari ritual yang berlangsung di masyarakat adat.

Salah satunya adalah ritual adat maccerang manurung. Ritual ini dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan syukur dan penghormatan bagi leluhur untuk rejeki yang diterima.

Adapun dalam pelaksanaan upacara maccerang manurung, akan dipersiapkan sejumlah komoditas seperti kerbau jantan berwarna hitam, seekor ayam berbulu coklat, merah dan coklat, beras punu’ (beras khas Kota Enrekang) yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan peong, pinang, daun siri, dan kapur.

KEMITRAAN, lembaga yang fokus pada isu tata kelola pemerintahan yang inklusif melalui program Estungkara bagi masyarakat adat mengadakan diskusi dalam mengatasi persoalan ketahanan pangan di masyarakat adat bersama 10 mitra program di 7 provinsi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur, Banten, Jambi, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Pemerintah
Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Swasta
Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Pemerintah
COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau