KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO memperingatkan kemungkinan terjadinya musim badai yang berbahaya karena pergantian dari fenomena El Nino menjadi La Nina.
Juru bicara WMO Clare Nullis menyampaikan, dunia harus mempersiapkan peringatan dini dan mitigasi bencana untuk mengantisipasi banyaknya korban jiwa.
El Nino adalah suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Baca juga: Australia Umumkan El Nino Berakhir, Langsung Bersiap La Nina?
La Nina sendiri kebalikan dari El Nino yakni SML di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
"Kandungan panas laut yang tinggi dan perkembangan peristiwa La Nina diperkirakan akan memicu musim badai yang sangat, sangat, sangat aktif tahun ini," kata Nullis, dalam sebuah pengarahan di Jenewa, dikutip dari Reuters, Senin (27/5/2024).
Dia menambahkan, dunia harus bersiap karena selain mengancam jiwa, musim badai kali ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
"Hanya diperlukan satu kali badai untuk menghambat pembangunan sosio-ekonomi selama bertahun-tahun," terangnya.
Baca juga: Antisipasi El Nino, 4 Kabupaten Ini Didorong Percepat Tanam Padi
WMO mencatat, musim badai Atlantik yang biasanya berlangsung dari Juni hingga November mengalami aktivitas di atas rata-rata selama delapan tahun berturut-turut
Nullis juga menekankan pentingnya sistem peringatan dini untuk menyelamatkan banyak jiwa akibat bencana.
"(Sistem peringatan dini) benar-benar berhasil mengurangi angka kematian secara drastis. Namun demikian negara-negara berkembang di pulau-pulau kecil di Karibia menderita kerugian yang tidak proporsional baik dari segi kerugian ekonomi maupun korban jiwa," tuturnya.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS atau NOOA memperkirakan El Nino akan menghilang secara perlahan pada Juni.
Setelah El Nino berakhir, langsung akan berganti dengan fenomena La Nina pada paruh kedua tahun ini.
Baca juga: El Nino Berkepanjangan, Kenaikan Harga Beras Perlu Diantisipasi
Ada kemungkinan 49 persen bahwa La Nina akan berkembang selama periode Juni hingga Agustus dan meningkat menjadi 69 persen pada Juli hingga September.
Para ahli telah memperingatkan bahwa negara-negara harus waspada terhadap peralihan cepat dari El Nino ke La Nina kali ini.
Pasalnya, perubahan ini akan menyebabkan sektor pertanian sangat terdampak dan tidak punya banyak waktu untuk pulih.
"La Nina kemungkinan besar akan mempengaruhi produksi gandum dan jagung di AS, serta kedelai, barley, gandum dan jagung di Amerika Latin termasuk Brasil, Argentina, dan Uruguay," kata Sabrin Chowdhury, kepala komoditas di BMI.
"Fenomena cuaca dikaitkan dengan kekeringan berkepanjangan di seluruh wilayah Amerika, memicu buruknya kualitas tanaman dan penurunan rata-rata hasil panen, sehingga semakin memperburuk masalah pangan global," sambungnya.
Baca juga: 3,46 Juta Keluarga Terancam Kekeringan akibat El Nino
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya