JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiologi Ahli Madya, Kementerian Kesehatan, dr. Uswatun Hasanah mengatakan, kasus obesitas pada anak dan remaja di Indonesia menghadapi tantangan seperti kurangnya kesadaran.
"Kesadaran masyarakat untuk perilaku mencegah terjadinya faktor risiko (obesitas) masih kurang," ujar dr. Uswatun dalam Webinar Nasional "Obesitas pada Anak dan Remaja di Indonesia: Kondisi dan Tantangan Terkini" yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang dipantau daring, Rabu (29/5/2024).
Namun, tak hanya faktor rendahnya kesadaran terhadap bahaya dan pencegahan obesitas. Ia menyampaikan bahwa obesitas merupakan masalah multifaktor.
Baca juga: Banyak Remaja Terkena Obesitas karena Makan Junk Food Berlebihan
Mulai dari dari faktor peningkatan asupan energi, perubahan pola makan dari tradisional ke modern, urbanisasi dan penurunan aktivitas fisik, semuanya berperan terhadap peningkatan obesitas.
"Semua itu berperan penting dalam peningkatan obesitas. Dan juga, faktor lain seperti aspek sosial ekonomi, budaya, perilaku dan lingkungan, juga memicu obesitas," imbuhnya.
Obesitas yang dipicu oleh kurangnya aktivitas fisik, berkaitan dengan fenomena khas daerah urban yaitu berkurangnya ruang publik yang dapat dimanfaatkan sebagai arena bermain dan berolahraga.
Kemudahan mengakses sarana modern berteknologi tinggi juga menjadi faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik remaja maupun anak-anak, terutama di daerah perkotaan.
Sebagai contoh, anak maupun remaja di perkotaan saat ini secara umum jarang berangkat atau pulang sekolah menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Rata-rata diantar oleh orangtua atau membawa kendaraan sendiri.
Senada, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Donny K. Mulyantoro mengatakan penyakit obesitas seringkali dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Terutama dari lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, kemudian lebih besar lagi lingkungan masyarakat, hingga kebijakan politik.
Mengingat obesitas banyak menjangkit anak-anak, peran orangtua sangat penting dalam memberikan edukasi dan pengetahuan. Sebab, sebagian besar waktu anak masih dihabiskan di dalam rumah dengan orangtuanya.
Baca juga: Anak Obesitas Berisiko Alami Kekurangan Zat Besi, Jangka Panjang Bisa Merugikan
"Paling penting adalah intervensi di tingkat keluarga dan teman sebaya, terutama untuk anak dan remaja. Karena kebanyakan masalah overweight dan obesitas itu terjadi pada usia 5-12 tahun, sehingga peran keluarga yang sangat dominan," papar Donny.
Sayangnya, kerapkali orangtua tidak menyadari bahaya obesitas. Ukuran kesuksesan dan kebahagiaan ditunjukkan dengan pemberian berbagai macam makanan instan atau cepat saji.
Sehingga, banyak anak-anak yang mengikuti pola hidup orangtuanya. Selain itu, orangtua terkadang juga ingin membuat anak terkesan lucu dan menggemaskan dengan memberi konsumdi berlebihan, yang menyebabkan kelebihan berat badan.
Sementara itu, Peneliti Senior Southeast Asian Ministers of Education Organization-Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) Helda Khusun juga mengatakan pentingnya penguatan dari keluarga.
"Keluarga tentunya berperan menjadi role model. Perlu orangtua yang sudah teredukasi, sehingga memberikan home food environment yang baik," ujar Helda.
Baca juga: Akar Penyebab Anak Obesitas Tak Lepas dari Pengaruh Orangtua
Orangtua juga dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak, terkait makanan yang sehat dan tidak sehat, seperti saat akan membeli suatu produk.
Di negara lain ada yang sudah menerapkan produk kemasan makanan dan minuman dengan label berbahaya, misalnya informasi kandungan gula atau garam yang sangat tinggi.
Dengan pengetahuan yang cukup, minat anak untuk membeli produk kemasan sejenis ini dapat berkurang. Orangtua secara berkala juga dapat memberikan sosialisasi kepada anak-anaknya, saat melihat iklan makanan berbahaya, untuk lebih bijak memilih.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya