KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan, dunia mengalami suhu panas yang luar biasa karena perubahan iklim. Dia menyerukan agar umat manusia bersatu menghindari neraka iklim.
Hal tersebut disampaikan Guterres usai sejumlah lembaga melaporkan suhu panas yang luar biasa akhir-akhir ini.
Lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), melaporkan rata-rata suhu global selama 12 bulan terakhir naik 1,3 derajat celsius dibandingkan masa pra-industri.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Suhu Bumi 12 Bulan Sangat Panas
Peningkatan tersebut membuat suhu Bumi selama 12 bulan terakhir menjadi periode terpanas sejak 1940, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (2 6 2024).
Dalam laporan terpisah, Meteorological Organization (WMO) memprediksi, setidaknya ada kemungkinan 80 persen dalam satu tahun untuk lima tahun mendatang, suhu Bumi melampaui 1,5 derajat celsius dibandingkan masa pra-industri.
Guterres menyampaikan, laporan-laporan tersebut menunjukkan betapa cepatnya dunia menuju arah yang salah dalam hal menstabilkan sistem iklim.
"Pada 2015, kesempatan untuk menerabas itu hampir tidak mungkin," terang Guterres.
Baca juga: Jakarta Wilayah Rentan Terdampak Perubahan Iklim
Dengan waktu yang semakin sempit, dia mendesak dunia untuk memangkas penggunaan dan produksi bahan bakar fosil sebesar 30 persen pada 2030.
"Kita memerlukan jalan keluar dari neraka iklim. Perjuangan untuk mencapai suhu 1,5 derajat akan ada menang atau kalahnya pada tahun 2020-an," jelas Guterres.
Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi tahun lalu, meski sudah ada perjanjian global yang dirancang untuk mengekangnya dan meningkatkan energi terbarukan.
Batu bara, minyak, dan gas masih berkontribusi terhadap lebih dari tiga perempat energi dunia.
Baca juga: Sungai-sungai di Alaska Berubah Kecokelatan karena Perubahan Iklim
Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett menuturkan, dunia masih jauh dari tujuannya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat celsius sesuai Perjanjian Paris.
Dia menyampaikan, dunia harus segera berbuat lebih banyak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Atau kita akan menanggung akibat yang semakin besar dalam bentuk biaya ekonomi triliunan dollar, jutaan nyawa yang terkena dampak cuaca ekstrem, dan kerusakan besar terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati," ucap Barrett.
Baca juga: Cara Wujudkan Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya