KOMPAS.com - Industri stem cell (sel punca) saat ini dapat menghasilkan turunan penelitian yang memiliki potensi komersialisasi tinggi.
Peneliti Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Reza Yuridian Purwoko mengatakan, contoh pemanfaatan penelitian sel punca adalah untuk kosmetik dan bahan baku kosmetik, seperti mengatasi kerontokan rambut dan anti aging (penuaan).
"Saat ini BRIN mengembangkan riset metode produksi liposom dari ekstrak kedelai Indonesia berbasis uji sel punca menggunakan teknologi hijau. Dengan penelitian ini diharapkan performa sel punca dalam terapi regeneratif meningkat," ujar Reza.
Baca juga: World Water Forum Jadi Ajang Kolaborasi Inovasi Air Dunia
Hal ini ia sampaikan dalam acara Temu Bisnis Pemanfaatan Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
"Riset ini akan sangat bermanfaat bagi kebutuhan bahan baku kosmetik dan industri kesehatan lainnya yang berkaitan dengan antiaging," imbuhnya.
Dengan menggunakan teknologi hijau, riset sel punca memiliki banyak manfaat lainnya, antara lain dapat mengurangi limbah industri yang berbahaya bagi lingkungan.
"Kemudian metode ini juga meminimalisasi dampak negatif bahan kimia pada pekerja dan peneliti. Penelitian ini juga meningkatkan keamanan bahan baku pengobatan penyakit degeneratif yang berbasis terapi sel, sel punca, maupun turunannya," papar dia.
Reza menjelaskan, kedelai yang digunakan dalam penelitian ini merupakan varietas Argomulyo. Estraknya terpurifikasi kaya fosfatidilkolin dan ini merupakan bahan baku ideal untuk produksi liposom.
Baca juga: Inovasi Sosial Mapalus Tumompaso Bawa PGE Raih Proper Emas
Dengan metode yang dikembangkan BRIN, dapat berpotensi menghasilkan liposom dengan stabilitas tinggi yang efektif menstimulasi pertumbuhan sel punca.
Sebagai informasi, sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh.
BRIN melalui Direktorat Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Industri menggelar Temu Bisnis Pemanfaatan Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, pada Kamis (30/5/2024).
Kegiatan ini diikuti sekitar 450 peserta yang terdiri dari kalangan industri bidang kesehatan serta periset BRIN.
Hadir juga Asosiasi Industri Kesehatan seperti GP Farmasi, GP Jamu, Gakeslab, Aspaki, Hipelki, Perkosmi, Asosiasi Healtech, Amvesindo, HIPMI dan MIKTI serta dari pihak regulator Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baca juga: Pemerintah Terus Kembangkan Inovasi Energi Hijau, Termasuk Hidrogen
Berbagai isu menjadi topik pembahasan yang meliputi lima bidang fokus kajian yakni : farmasi dan radiofarmaka; obat tradsional, fitofarmaka dan kosmetika; alat kesehatan berbasis kecerdasan artifisial, elektromedik dan mekatronik; alat kesehatan berbasis material dan non elektrik; serta vaksin, biofarmasi, dan terapeutik.
Kegiatan ini menjadi salah satu ajang bertemunya para periset BRIN dalam menampilkan berbagai hasil riset, inovasi, dan invensinya agar dapat diimplementasikan kalangan industri. Tujuannya agar hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan oleh industri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya