KOMPAS.com - Para pemimpin G7 dalam komunikenya menegaskan kembali komitmen sebelumnya mengenai keputusan transisi energi COP28, namun tidak mengungkapkan kemajuan lebih lanjut dalam menyalurkan pendanaan iklim.
Para pemimpin G7 berkomitmen untuk menjadi kontributor utama, akan tetapi tanpa janji konkrit untuk mendukung klaim ini.
Associate Director Kebijakan dan Kampanye Global 350.org Andreas Sieber menuturkan, komunike KTT G7 sangat mengecewakan.
Baca juga: Kanopi Hijau Indonesia: Batu Bara Penyebab Kisis Iklim Perlu Masuk Kurikulum
Mereka gagal memajukan agenda iklim yang diperlukan dengan menyediakan pendanaan iklim tambahan dan tujuan pendanaan baru yang ambisius menjelang perundingan iklim COP29 mendatang di Azerbaijan pada bulan November.
"Mereka sekali lagi menunjukkan ketidakpedulian dan hanya basa basi mengenai pendanaan iklim. Berbicara tentang kontributor utama saja tidak cukup," ujar Andreas dalam keterangan kepada Kompas.com, Selasa (18/6/2024).
Andreas berpendapat, para pemimpin G7 mempunyai tanggung jawab untuk membahas sesuatu yang berarti, namun gagal.
Menurutnya, sangat penting bagi para pemimpin di negara-negara Utara untuk mengambil tanggung jawab atas krisis iklim melalui pemberian dana yang signifikan kepada negara-negara Selatan untuk pengembangan, adaptasi, dan kerugian serta kerusakan energi terbarukan.
Selain itu, membuka akses terhadap pendanaan sangatlah penting, waktu terus berjalan, dan dunia sedang menyaksikannya.
Baca juga: Darurat Iklim, Saatnya PBNU Dengar Suara Rakyat
Para pemimpin menegaskan kembali komitmen terhadap target energi terbarukan COP28, dan inisiatif energi bersih baru dengan negara-negara Afrika.
Namun sasaran iklim pemerintah saat ini menunjukkan adanya kesenjangan ambisi energi terbarukan sebesar 3.000 gigawatt pada tahun 2030, yang tidak cukup untuk menggantikan bahan bakar fosil pada skala dan kecepatan yang diperlukan untuk tetap mencapai suhu 1,5 derajat.
Andreas mengatakan, komitmen penghentian penggunaan batubara G7 pada tahun 2035 bukanlah langkah yang tepat menuju arah yang benar.
"Hal ini tidak cukup untuk memenuhi tanggung jawab historis negara-negara terkaya dan penghasil emisi terbesar dalam sejarah dan tidak memenuhi apa yang diperintahkan ilmu pengetahuan," papar Andreas.
Tahun 2024 dijuluki sebagai tahun pendanaan iklim untuk melanjutkan kemajuan yang dicapai di Dubai pada Cop28.
Organisasi kampanye seperti 350.org berharap bahwa pertemuan puncak para pemimpin dunia seperti G7 sebagai pemimpin negara-negara terkaya dan penghasil emisi terbesar dalam sejarah akan memimpin dengan menempatkan pendanaan iklim secara tegas.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya