KOMPAS.com - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo menekankan peran penting perempuan sebagai agen perubahan dalam meneguhkan persatuan nasional.
Hal ini disampaikannya dalam acara peningkatan kapasitas "Perempuan sebagai Agen Perubahan Dalam Meneguhkan Persatuan Nasional" yang diselenggarakan Himpunan Wanita Karya (HWK) di Jakarta, Rabu (3/6/2024).
Giwo mengatakan, meskipun kontribusi perempuan dalam menjaga persatuan nasional sering kali tidak terlihat secara langsung, namun nilainya sangatlah penting.
Menurutnya, perempuan berperan sebagai agen perubahan di berbagai bidang, termasuk edukasi dan teknologi, persatuan dan kesatuan, pemberdayaan ekonomi, kesehatan, digitalisasi, dan kelestarian lingkungan hidup.
Di bidang pendidikan dan pengasuhan, perempuan memiliki peran sentral dalam mendidik generasi muda. Ibu-ibu menanamkan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman kepada anak-anak mereka.
Dengan demikian, mereka membangun fondasi kuat bagi persatuan nasional di masa depan.
Acara peningkatan kapasitas ini dihadiri oleh Ketua DPP HWK Ir Danny Soedarsono dan Sekjen DPP HWK Dra Corry Y Soekotjo MSi.
"Peran perempuan dalam meneguhkan persatuan nasional perlu terus didorong dan diperkuat. Dengan bersatu dan bekerja sama, perempuan dapat berkontribusi signifikan dalam membangun bangsa yang maju dan sejahtera," tegas Giwo.
Perempuan juga banyak terlibat dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang mempromosikan dialog antarbudaya, perdamaian, dan keadilan sosial. "Mereka sering menjadi penggerak utama dalam inisiatif-inisiatif untuk menyelesaikan konflik dan membangun harmoni di masyarakat," jelasnya.
Dari sisi pembangunan ekonomi, perempuan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. "Ini membantu mengurangi disparitas sosial dan ekonomi yang dapat mengancam persatuan nasional," tambah Giwo.
Dalam politik dan pemerintahan, perempuan sering kali membawa perspektif baru dan menekankan pentingnya inklusivitas dalam pengambilan keputusan. Mereka memperjuangkan kebijakan yang mempromosikan persatuan nasional dan perlindungan hak warga negara.
Sementara pada bidang seni, sastra, dan budaya, perempuan sering menjadi pengemban nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan. Karya seni mereka sering kali mencerminkan dan mempromosikan keindahan dari keberagaman budaya Indonesia.
Bahkan dalam Kongres X Kowani yang dihadiri Presiden Pertama Ir. Soekarno, dengan jelas menyatakan, revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa adanya keterlibatan perempuan.
Dalam Kongres tersebut seluruh perempuan memakai kebaya. "Dan pada 24 juli ini, Kowani akan menyelenggarakan hari kebaya nasional pertama di istora senayan dengan mengundang 7.000 perempuan dan ASEAN," ujar Giwo.
"Kita akan kilas balik pergerakan perjuangan perempuan di istora senayan dari puluhan tahun lalu. Acara ini juga akan dibuka oleh Presiden RI," jelas Giwo yang juga penanggung jawab Hari Kebaya Nasional 2024.
Baca juga: Apakah Perempuan Memiliki Toleransi Nyeri yang Lebih Tinggi Dibandingkan Laki-laki?
Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Siti Zuhro, mengatakan perempuan memiliki potensi kepemimpinan yang baik dan secara fitrahnya memiliki sifat keibuan.
Dalam berpolitik, tantangan yang harus dihadapi perempuan diantara patriarki yang masih kental, bahkan seleksi kandidat dilakukan oleh sekelompok kecil yang kebanyakan laki-laki.
"Bahkan di parlemen, keterwakilan perempuan masih kurang dari seharusnya. Sayangnya, sedikit media yang mengangkat isu tersebut," kata Siti Zuhro.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya