JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan bahwa Jakarta setidaknya membutuhkan lima pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa untuk mengelola limbah masyarakat menjadi energi.
Namun, pihaknya masih menunggu keputusan presiden dalam menjalankan program waste to energy tersebut.
"Untuk menyelesaikan Bantargebang ini diperlukan yang cukup besar PLTSa-nya, karena timbulan sampahnya saja sudah 8.000 (ton), sementara PLTSa itu didesain (mengelola) 1.000 ton per hari. Jadi paling tidak ada lima minimal untuk Jakarta harus didirikan," ujar Hanif saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).
Baca juga: 9 Tahun Beroperasi, PLTSa Benowo Sumbang Energi Bersih 166,1 GWh
Dia menjelaskan, Jakarta menjadi prioritas pembangunan PLTSa lantaran timbunan sampah yang sangat banyak. Selain itu, pemerintah daerah memiliki dana yang cukup sehingga bisa mendukung proyek pengolahan sampah termasuk fasilitas refuse derived fuel (RDF).
"Membangun RDF, waste to energy ini kan perlu biaya yang sangat panjang sampai 20 tahun. Nah kalau kita tidak punya kemampuan untuk bayar, takutnya nanti bangunan ini mangkrak karena biayanya cukup besar," tutur Hanif.
Hanif menyatakan, pendanaan menjadi bagian penting untuk keberlanjutan PLTSa di setiap daerah. Pemda juga harus siap memilah antara sampah organik dan anorganik sebelum masuk ke fasilitas pembangkit.
Baca juga: KLH Tak Kesampingkan Isu Polutan Berbahaya Pemicu Kanker dari PLTSa
Pasalnya RDF Rorotan, Jakarta Utara masih mencampurkan sampah lama dengan sampah baru lalu menimbulkan masalah baru di tengah masyarakat. Kata hanif, pengolahan sampah di RDF Rorotan menyebabkan bau tidak sedap dan hingga kini belum dioperasionalkan.
"Saya sedang meminta kepada Pemerintah DKI untuk menyelesaikan Rorotan, Rorotan selesai (sampah) kita berkurang. Saya minta Rorotan selesai di bulan Juli, apa pun caranya walikota, camat, lurah harus kerja keras untuk menyelesaikan operasional Rorotan," ucap dia.
Keberadaan fasilitas canggih pengolahan sampah modern ini menjadi solusi strategis dalam mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks di Jakarta. RDF Rorotan dapat mengolah 2.500 ton per hari, yang artinya akan mengurangi beban di TPST Bantargebang.
Baca juga: Menteri LH: Juli 2025, Pemprov DKI Harus Operasikan RDF Rorotan
Dalam sistem pengelolaan sampah, RDF Plant berperan penting dalam mengurangi ketergantungan pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif di dalam kota.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya