JAKARTA, KOMPAS.com — Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai bahwa Pulau Timor, Sumbawa, dan Sulawesi berpotensi memenuhi 100 persen kebutuhan listriknya dari energi terbarukan, terutama energi dari surya.
Temuan ini menggarisbawahi peluang besar percepatan transisi energi yang berkelanjutan di wilayah timur Indonesia.
Untuk mewujudkannya, Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin P Sisdwinugraha, menekankan perlunya sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah mempercepat transisi energi dengan menyiapkan mekanisme pembiayaan dan kerangka hukum untuk mendukung pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
“Perlu meningkatkan fleksibilitas sistem kelistrikan dengan memungkinkan pengoperasian PLTU secara lebih fleksibel serta berinvestasi dalam pengembangan teknologi penyimpanan energi berdurasi panjang,” ujar Alvin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/7/2025).
Baca juga: Ironi Energi: Emisi Pecahkan Rekor meskipun Energi Terbarukan Melonjak
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dukungan terhadap pengembangan teknologi penyimpanan energi dan infrastruktur jaringan listrik perlu diperkuat agar sistem mampu mengakomodasi penetrasi energi terbarukan dalam skala besar.
Selain kesiapan teknis, reformasi proses perencanaan dan pengadaan energi juga menjadi perhatian. Menurut Alvin, proses pengadaan energi terbarukan harus disederhanakan.
Pemerintah juga perlu mengintegrasikan peta jalan hidrogen hijau ke dalam perencanaan energi daerah serta mendorong implementasi proyek percontohan sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
“Transformasi ini memerlukan koordinasi di antara berbagai pemangku kepentingan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada kebijakan teknis, tetapi juga pada kerjasama lintas sektor.
Instansi pemerintah perlu menyelaraskan kebijakan antar sektor, penyedia energi harus berkolaborasi dalam perencanaan regional dan berbagi sumber daya, sementara partisipasi sektor swasta perlu didorong melalui kerangka investasi yang jelas dan stabil.
Langkah-langkah tersebut, menurut IESR, menjadi kunci dalam memastikan bahwa pengembangan energi terbarukan tidak hanya sekadar pergantian sumber daya, tetapi menjadi bagian dari sistem energi yang adil, berketahanan, dan berkelanjutan.
Baca juga: Presiden Prabowo Resmikan Proyek Energi Terbarukan di 15 Provinsi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya