Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Abrasi, Dompet Dhuafa-Walhi Tanam 1.000 Mangrove di Pulau Pari

Kompas.com, 9 Juli 2024, 19:38 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

PULAU PARI, KOMPAS.com - Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bekerja sama untuk perlindungan, pemulihan, dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia.

Kerja sama ini diawali dengan penanaman 1.000 mangrove di Pantai Rengge di kawasan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Senin (8/7/2024).

Ketua Kelompok Perempuan Pari Asmania mengatakan, pengelolaan wisata di Pulau Pari tidaklah mudah.

Saat pertama membuka akses lahan menuju Pantai Rengge, warga lokal kerapkali mendapat intimidasi dari perusahaan yang ingin menguasai dan membangun tempat tersebut.

Baca juga: KTH Bakau Lestari Bisa Cuan dari Menanam Mangrove di Jambi

Tak hanya soal penguasaan lahan, perjuangan warga Pulau Pari juga dilakukan untuk meminimalisir abrasi (pengikisan tanah di daerah pantai) yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

“Dulu pantai Rengge ini, daratannya sampai sana. Dulu ada spot-spot foto kami, tapi sudah hilang. Pohon-pohonnya sudah tumbang, cukup parah,” ujar Asmania atau akrab disapa Aas, saat ditemui di Pantai Rengge.

Warga Pulau Pari, DMC Dompet Dhuafa, dan Walhi Nasional menanam mangrove di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7/2023) pagi. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Warga Pulau Pari, DMC Dompet Dhuafa, dan Walhi Nasional menanam mangrove di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7/2023) pagi.
Dengan sisa pesisir yang masih ada, ia ragu jika 10-15 tahun ke depan, Pantai Rengge masih tetap dengan kondisi yang ada saat ini.

Oleh karena itu, aktivitas menanam mangrove diupayakan menjadi gerakan rutin untuk menahan abrasi.

“Ada kesedihan ketika melihat situasi kayak gini. Mungkin ini masih tetap kayak gini. Kami tidak tahu 10 atau 15 tahun lagi ini masih ada enggaknya. Tapi yang sedang kami kasih dan tetap akan kami lakukan di sini, tetap menanam mangrove,” papar Aas.

Berjuang sejak satu dekade lalu

Kendati mangrove baru bisa bertumbuh besar sekitar 30-40 tahun mendatang, Aas menyebut penanaman ini berguna untuk generasi masa depan, anak cucunya. 

Baca juga: Kelola Bisnis Berkelanjutan, Esta Dana Venture Tanam 5.001 Mangrove

“Perjuangan kami dari 2014 sampai saat ini, kami masih tetap berjuang, untuk ruang hidup dan kehidupan kami di sini. Yang bisa kami lakukan, ya kayak gini,” ucapnya. 

Senada, Direktur Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi mengatakan bahwa ancaman warga Pulau Pari adalah rencana perusahaan untuk merampas pulau mereka. 

Setelah berjuang hampir 10 tahun, ancaman terbesar dan nyata yang juga mereka rasakan adalah dampak dari perubahan iklim.

Setiap tahun, luas Pulau Pari berkurang karena proses abrasi. Walhi bersama HEKS (sebuah lembaga yang berada di Zurich, Swiss) telah mengkalkulasi hilangnya luasan Pulau Pari sebesar 11 persen, atau seluas 4,6 hektar.

Sebelumnya, Pulau Pari tercatat seluas 42 hektar. Namun, kini hanya tinggal persen 41,4 hektar.

Warga Pulau Pari, DMC Dompet Dhuafa, dan Walhi Nasional menanam mangrove di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7/2023) pagi. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Warga Pulau Pari, DMC Dompet Dhuafa, dan Walhi Nasional menanam mangrove di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7/2023) pagi.

"Mereka mempertahankan pulau ini dengan tidak henti-hentinya menanam mangrove seperti yang kita lakukan pada hari ini (Senin)," ujar Zenzi. 

Oleh karena itu, Walhi dan Dompet Dhuafa melakukan kerjasama untuk menyelamatkan pesisir utara Jawa dari ancaman iklim.

Sementara itu, Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama mengusulkan wisatawan untuk ikut terlibat dengan berdonasi bibit mangrove saat berkunjung ke Pulau Pari. 

"Yang mau ke Pulau Pari itu harus nyumbang satu orang Rp10.000 untuk bibit mangrove, bibit mangrovenya jangan beli tapi suruh keluarga kita yang belum ada kerjaan untuk menanam dan dijaga," pesan Panji. 

Baca juga: Tanam Mangrove Secara Masif Jadi Upaya Lindungi Pesisir

Sebagai informasi, penanaman bibit mangrove ini dimulai dari Pulau Pari, kemudian berlanjut ke pesisir Utara Pulau Jawa, dan rencananya diteruskan ke provinsi lain di Tanah Air. 

"Seluruh umat itu berkesempatan untuk menyelamatkan Pulau Jawa dan mempunyai pohon mangrove di Pulau Jawa, dan kita mulai hari ini dengan menanam mangrove di Pulau Pari," imbuhnya. 

Adapun isu kunci yang menjadi arus utama dalam kerja sama ini, antara lain perlindungan dan pemulihan lingkungan hidup, khususnya di pesisir-pulau kecil; mitigasi dan adaptasi krisis iklim; dan konservasi alam di wilayah Indonesia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau