PULAU PARI, KOMPAS.com - Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bekerja sama untuk perlindungan, pemulihan, dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia.
Kerja sama ini diawali dengan penanaman 1.000 mangrove di Pantai Rengge di kawasan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Senin (8/7/2024).
Ketua Kelompok Perempuan Pari Asmania mengatakan, pengelolaan wisata di Pulau Pari tidaklah mudah.
Saat pertama membuka akses lahan menuju Pantai Rengge, warga lokal kerapkali mendapat intimidasi dari perusahaan yang ingin menguasai dan membangun tempat tersebut.
Baca juga: KTH Bakau Lestari Bisa Cuan dari Menanam Mangrove di Jambi
Tak hanya soal penguasaan lahan, perjuangan warga Pulau Pari juga dilakukan untuk meminimalisir abrasi (pengikisan tanah di daerah pantai) yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
“Dulu pantai Rengge ini, daratannya sampai sana. Dulu ada spot-spot foto kami, tapi sudah hilang. Pohon-pohonnya sudah tumbang, cukup parah,” ujar Asmania atau akrab disapa Aas, saat ditemui di Pantai Rengge.
Oleh karena itu, aktivitas menanam mangrove diupayakan menjadi gerakan rutin untuk menahan abrasi.
“Ada kesedihan ketika melihat situasi kayak gini. Mungkin ini masih tetap kayak gini. Kami tidak tahu 10 atau 15 tahun lagi ini masih ada enggaknya. Tapi yang sedang kami kasih dan tetap akan kami lakukan di sini, tetap menanam mangrove,” papar Aas.
Kendati mangrove baru bisa bertumbuh besar sekitar 30-40 tahun mendatang, Aas menyebut penanaman ini berguna untuk generasi masa depan, anak cucunya.
Baca juga: Kelola Bisnis Berkelanjutan, Esta Dana Venture Tanam 5.001 Mangrove
“Perjuangan kami dari 2014 sampai saat ini, kami masih tetap berjuang, untuk ruang hidup dan kehidupan kami di sini. Yang bisa kami lakukan, ya kayak gini,” ucapnya.
Senada, Direktur Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi mengatakan bahwa ancaman warga Pulau Pari adalah rencana perusahaan untuk merampas pulau mereka.
Setelah berjuang hampir 10 tahun, ancaman terbesar dan nyata yang juga mereka rasakan adalah dampak dari perubahan iklim.
Setiap tahun, luas Pulau Pari berkurang karena proses abrasi. Walhi bersama HEKS (sebuah lembaga yang berada di Zurich, Swiss) telah mengkalkulasi hilangnya luasan Pulau Pari sebesar 11 persen, atau seluas 4,6 hektar.
Sebelumnya, Pulau Pari tercatat seluas 42 hektar. Namun, kini hanya tinggal persen 41,4 hektar.
"Mereka mempertahankan pulau ini dengan tidak henti-hentinya menanam mangrove seperti yang kita lakukan pada hari ini (Senin)," ujar Zenzi.
Oleh karena itu, Walhi dan Dompet Dhuafa melakukan kerjasama untuk menyelamatkan pesisir utara Jawa dari ancaman iklim.
Sementara itu, Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama mengusulkan wisatawan untuk ikut terlibat dengan berdonasi bibit mangrove saat berkunjung ke Pulau Pari.
"Yang mau ke Pulau Pari itu harus nyumbang satu orang Rp10.000 untuk bibit mangrove, bibit mangrovenya jangan beli tapi suruh keluarga kita yang belum ada kerjaan untuk menanam dan dijaga," pesan Panji.
Baca juga: Tanam Mangrove Secara Masif Jadi Upaya Lindungi Pesisir
Sebagai informasi, penanaman bibit mangrove ini dimulai dari Pulau Pari, kemudian berlanjut ke pesisir Utara Pulau Jawa, dan rencananya diteruskan ke provinsi lain di Tanah Air.
"Seluruh umat itu berkesempatan untuk menyelamatkan Pulau Jawa dan mempunyai pohon mangrove di Pulau Jawa, dan kita mulai hari ini dengan menanam mangrove di Pulau Pari," imbuhnya.
Adapun isu kunci yang menjadi arus utama dalam kerja sama ini, antara lain perlindungan dan pemulihan lingkungan hidup, khususnya di pesisir-pulau kecil; mitigasi dan adaptasi krisis iklim; dan konservasi alam di wilayah Indonesia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya