KOMPAS.com - Bagi sebagian besar orang, termasuk pengepul sampah, kemasan saset tidak memiliki nilai ekonomi.
Namun di tangan Siti Aminah, sampah kemasan yang tidak bernilai tersebut dapat disulapnya menjadi bahan baku untuk berbagai kerajinan.
Ditemui di tempat usahanya, owner CV Bina Usaha Mandiri tersebut mengatakan, keinginan untuk mengolah sampah jenis tersebut menguat saat mendirikan bank sampah lebih dari 10 tahun lalu.
Baca juga: KLHK Dorong Pemda Bangun Industrialisasi Pengelolaan Sampah
Kala itu, bank sampahnya menerima berbagai macam jenis sampah, termasuk sampah kemasan saset yang tidak bisa didaur ulanng.
Selain itu, sampah kemasan saset menjadi jenis sampah plastik yang tidak laku diserap pengepul, bahkan tidak dilirik oleh pemulung.
"Akhirnya menumpuk dan tidak tahu mau dikemanakan. Dari situlah awal mencari ide. Pada 2017, ketemulah ide membuat papan," kata Siti kepada Kompas.com di Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (5/7/2024).
Prinsip pembuatannya sederhana saja. Pertama, sampah kemasan saset dicacah menjadi bagian-bagian kecil. Setelah itu dicuci sampai bersih dan dikeringkan sampai betul-betul kering.
Langkah terakhir adalah mengepres cacahan tersebut, dibantu dengan panas, hingga berubah menjadi papan.
Baca juga: Cegah Kebakaran TPA, Pemilahan Sampah Perlu Dilakukan
Dari situ, dia mulai mengembangkan sampah kemasan saset menjadi papan dengan ukuran dan ketebalan yang lebih besar.
Akan tetapi, Siti menghadai kendala soal alatnya. Sebab, tidak ada yang menjual mesin sesuai kebutuhannya.
"Kendalanya memang pada mesin. Enggak ada yang jual dan enggak ada yang bikin. Akhirnya saya bekerja sama dengan berbagai bengkel (workshop) untuk membuatnya," ujar Siti.
Baru pada 2019, mesin yang diinginkannya jadi dan Siti bisa membuat papan dengan lebar 1 meter dan berbagai macan ketebalan.
Baca juga: Amorepacific Indonesia Bersihkan Sampah di Sungai Citarum
Papan tersebut bisa dibuat untuk berbagai macam kerajinan seperti wadah tisu, tempat pajangan, drop box, dan lain sebagainya.
Hingga kini, papan yang diproduksi Siti dari sampah kemasan saset telah dilirik oleh berbagai pelanggan, termasuk pabrik yang memproduksi kemasan tersebut.
Dengan adanya peralatan tersebut, Siti mampu mengolah antara 500 kilogram (kg) sampai 1 ton sampah kemasan saset.
Siti mengutarakan, pihaknya kini menjalin kerja sama dengan berbagai bank sampah serta tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) di 17 loksi yang tersebar di Jawa Tengah dan sebagian kecil Yogyakarta untuk menyuplai sampah kemasan saset.
Baca juga: RI Optimistis Mampu Kurangi 70 Persen Sampah Plastik di Laut
Tidak adanya nilai ekonomis dan tidak bisanya didaur ulang membuat sampah kemasan saset menjadi problem lingkungan yang serius.
Di sisi lain, diberitakan Kompas.com sebelumnya, sampah jenis ini diperdiksi bakal terus meningkat di dunia.
Berdasarkan laporan terbaru Greenpeace berjudul Throwing Away The Future: How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution Solutions, sebanyak 855 miliar saset terjual di pasar global tahun ini.
Asia Tenggara memegang pangsa pasar sekitar 50 persen. Diprediksi jumlah kemasan sachet yang terjual akan mencapai 1,3 triliun pada 2027.
Baca juga: Garudafood Inisiasi Pengelolaan Sampah Organik dengan Maggot di Jatijajar Depok
Kami mengundang berbagai perusahaan yang memiliki program berkelanjutan dalam rangka mengakselerasi pencapaian SDGs di Indonesia serta menginspirasi publik. Kunjungi lestari.kgmedia.id/award untuk informasi lebih lebih lanjut tentang Lestari Awards.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya