KOMPAS.com - Masyarakat Kota Makassar bersama Monash University (Australia) dan Universitas Hasanuddin (Indonesia) telah menyelesaikan proyek peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal, untuk meningkatkan ketahanan masyarakat di permukiman kumuh.
Proyek ini menghasilkan hal positif yang memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim, serta memperluas akses sanitasi dan layanan air untuk saat ini maupun di masa depan.
Adapun perbaikan kualitas lingkungan tempat tinggal tersebut merupakan bagian dari Revitalism Informal Settlement Empowerment (RISE) Program.
Baca juga: 8 dari 100 Rumah Tangga Indonesia Hidup di Tempat Tinggal Kumuh
RISE adalah program penelitian multi-negara yang memiliki visi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penduduk di permukiman kumuh perkotaan, dengan memperbaiki kondisi wilayah komunitas tersebut tinggal.
Co-Director RISE dari Monash University Profesor Diego Ramirez-Lovering mengatakan, saat ini terdapat satu miliar orang yang tinggal di permukiman kumuh. Angka tersebut diperkirakan akan bertambah hingga 3 miliar jiwa pada 2050.
"Permukiman kumuh saat ini dipenuhi oleh orang-orang yang akan menjadi masyarakat kelas menengah di masa depan. Maka dari itu, mereka harus mendapat dukungan dari lingkungan berkelanjutan dan pertumbuhan kota-kota yang bertanggung jawab di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah," ujarnya dalam pernyataan tertulis, dikutip Jumat (19/7/2024).
Namun, kata dia, pemerintah masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengimbangi pertumbuhan penduduk yang pesat.
"Jadi, kita perlu segera mengembangkan pendekatan yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan saat ini, terutama ketika masyarakat memainkan peran penting dalam mengembangkan solusi yang paling sesuai untuk mereka," imbuhnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota Makassar juga mendukung inisiatif seperti RISE, yang menyediakan sumber air berkelanjutan dan ramah lingkungan di wilayah perkotaan.
"Makassar adalah kota yang berpikiran maju dan mendukung peluang untuk menciptakan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua orang. RISE adalah bagian penting dari rencana kami untuk menerapkan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujar Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto.
Melalui proyek terkait, lebih dari 1.400 penduduk di 325 rumah tangga yang tinggal di permukiman kumuh telah menerima beberapa solusi yang meliputi:
Uji coba pertama terkait penerapan rangkaian infrastruktur ini, dinilai berhasil menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas hidup di permukiman kumuh perkotaan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca juga: Wujudkan SDGs, SMF Benahi Kawasan Kumuh di Kota Seribu Masjid
Untuk diketahui, permukiman kumuh rentan terhadap kombinasi bahaya kontaminasi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penghuninya. Bahkan kini, diperparah oleh tantangan perubahan iklim.
Tujuan utama program ini termasuk menghapus risiko kontaminasi limbah rumah tangga di lingkungan tempat tinggal, yang merupakan penyebab utama stunting dan buruknya perkembangan kognitif pada anak-anak.
Setiap hari, lebih dari 183.000 orang membangun rumah di permukiman kumuh. Bahkan, hal tersebut seringkali terjadi di lingkungan yang rawan banjir dan rusak parah, serta memiliki akses terhadap air bersh dan layanan sanitasi yang buruk.
Tantangan ini diperparah oleh dampak perubahan iklim yang menjadikan sebagian besar permukiman kumuh semakin rawan banjir, terancam kenaikan permukaan air laut, dan rentan terhadap cuaca ekstrem.
Ironisnya, di saat bersamaan, penduduk di permukiman kumuh juga memiliki kapasitas yang paling kecil untuk beradaptasi dan merespons seluruh tantangan tersebut.
Kerja sama Indonesia-Australia
Sementara itu, Rektor Universitas Hasanuddin, Profesor Jamaluddin Jompa menyampaikan bahwa keterlibatan kampus dalam riset sangat diperlukan.
"Pihak universitas berinvestasi dalam penelitian mutakhir terkait kesehatan, lingkungan, air, sanitasi, dan perubahan iklim, yang akan membawa manfaat jangka panjang bagi kawasan
Indo-Pasifik," ujarnya.
Adapun Pemerintah Australia sebagai mitra inti, memandang penyediaan infrastruktur tata kelola air sebagai langkah penting dalam mengatasi tantangan perkotaan yang kompleks.
Pemerintah Negeri Kanguru memberikan komitmen lebih dari 6 juta dolar Australia untuk proyek ini, melalui Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT).
Baca juga: Wujudkan SDGs, SMF Benahi Kawasan Kumuh di Kota Seribu Masjid
Proyek ini juga didukung oleh Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, saat ia mengunjungi lokasi provek RISE pada tahun 2022.
Adapun Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, mengatakan bahwa pihaknya mendorong penerapan praktik dan teknologi berkelanjutan.
Menurutnya, RISE adalah contoh yang baik dari kerja sama penelitian Australia-Indonesia dalam mewujudkan infrastruktur lokal berdasarkan pendekatan yang berpusat pada masyarakat.
"Australia dan Indonesia adalah mitra infrastruktur komprehensif yang bekerja sama untuk meningkatkan sistem air dan sanitasi, di mana kemitraan ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Makassar dan kesehatan masyarakatnya," pungkas Dias.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya