KOMPAS.com - Memulihkan dan melindungi hutan dunia sangat penting jika umat manusia ingin menghentikan dampak terburuk dari kerusakan iklim dan menghentikan kepunahan spesies langka.
Hanya saja peneliti khawatir bahwa tindakan untuk mengurangi karbon, memulihkan keanekaragaman hayati dan menemukan cara untuk mendukung mata pencarian orang-orang yang tinggal di dekat atau di dalam hutan mungkin bisa saling bertentangan.
Namun kini sebuah penelitian baru yang dipimpin oleh Dr. Trisha Gopalakrishna menemukan bahwa dengan pemikiran yang cermat, hal tersebut dapat dicapai dengan menyiapkan rencana terpadu yang menggabungkan ketiga tujuan itu bersama.
Baca juga: Fasilitasi Diskusi Isu Lingkungan, KLHK Luncurkan Laboratorium Ekosos
Mengutip Guardian, Rabu (14/8/2024) Gopalakrishna dan rekan-rekan peneliti menggunakan kerangka kerja yang disebut Kontribusi Alam bagi Masyarakat (NCP) untuk menunjukkan bagaimana memulihkan alam dan keanekaragaman hayati dapat membantu masyarakat untuk berkembang jika dilakukan dengan hati-hati.
Baca juga: KLHK: Hutan Tanaman Industri Disiapkan sebagai Pengurang Emisi Karbon
Dalam studinya ini, peneliti melakukan pemetaan di India dengan membuat peta seluas 3,88 juta hektar yang merupakan area restorasi hutan yang ditujukan untuk berbagai tujuan.
Dari situ peneliti menemukan sangat penting untuk mempertimbangkan kemanusiaan saat merancang proyek konservasi dan hal itu dapat membuat pekerjaan lebih efisien.
"Menurut pendapat saya lingkungan atau keanekaragaman hayati dan kebutuhan masyarakat lokal bisa berjalan beriringan dan ada banyak contoh tentang keduanya yang berkembang pesat di berbagai wilayah di dunia seiring berjalannya waktu," kata Gopalakrishna.
Namun, proyek lingkungan yang mengabaikan atau melemahkan kebutuhan masyarakat lokal dapat berbahaya dan sering kali tidak berhasil dalam memenuhi tujuan lingkungan.
Proyek restorasi terkadang memiliki fokus yang sempit yang dapat menyebabkan tarik ulur.
Misalnya seperti ini, jika fokus pada mengatasi karbon, maka kita hanya akan menanam spesies pohon tertentu dan memagari hutan untuk melindunginya. Atau saat fokus pada keanekaragaman hayati, bisa saja yang terjadi adalah pengelolaan hutan untuk spesies tertentu saja.
Baca juga: UNIDO: IKN Bisa Jadi Kota Hutan Berkelanjutan Terintegrasi di Dunia
"Tidak mengherankan, penelitian kami menunjukkan bahwa rencana dengan satu tujuan tidak memberikan benefit. Sementara rencana terpadu dapat memberikan keuntungan dengan sangat efisien," papar Gopalakrishna.
Ia mengatakan penting untuk menciptakan “lanskap multifungsi” dengan pohon yang dapat menyimpan karbon, tanaman yang dapat membantu kelangsungan hidup manusia, dan ruang bagi satwa liar, sehingga “manusia dan hewan dapat berkembang”.
“Kami benar-benar menunjukkan bahwa rencana tata ruang terpadu memberikan manfaat sosial bagi lebih banyak yang menghadapi tantangan sosial ekonomi daripada rencana yang hanya berfokus pada keanekaragaman hayati atau karbon," ungkap Gopalakrishna lagi.
Studi ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
sumber https://www.theguardian.com/environment/article/2024/aug/12/successful-environmental-projects-benefit-nature-and-people-study-finds
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya