Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Tumbuhan Tumbuh Pesat di Antartika

Kompas.com, 14 Agustus 2024, 14:39 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anda mungkin mengira palet warna Antartika berwarna putih cerah dengan sedikit warna biru dan abu-abu.

Namun, menghadapi perubahan iklim dan suhu yang menghangat, kemungkinan benua yang tertutup es ini akan lebih banyak ditumbuhi oleh banyak vegetasi, sebuah tren yang mengkhawatirkan para ilmuwan.

Untuk mempelajari ekosistem Antartika yang berubah dengan cepat, peneliti pun baru-baru ini membuat peta pertama mengenai kehidupan tumbuhan di seluruh benua.

Baca juga: Gunung Berapi di Antartika Semburkan Emas Saat Terjadi Erupsi

Peta pertama tumbuhan

Seperti dikutip dari IFL Science, Rabu (14/8/2024) tim internasional yang dipimpin oleh Universitas Edinburgh bersama Institut Penelitian Alam Norwegia, Survei Antartika Inggris (BAS), dan Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia, mencari ruang hijau Antartika menggunakan data satelit dari ESA serta studi lapangan yang dilakukan selama beberapa musim panas.

Hasilnya, mereka mendeteksi hampir 45 kilometer persegi vegetasi, sekitar 80 persen di antaranya terletak di Semenanjung Antartika dan pulau-pulau tetangga.

Meski terdengar seperti jumlah yang wajar, tetapi hal tersebut ternyata punya implikasi besar bagi Antartika.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Great Barrier Reef

"Peta skala benua Antartika memberikan informasi utama tentang keberadaan vegetasi di area yang jarang dikunjungi orang. Ini memiliki implikasi yang mendalam bagi pemahaman kita mengenai di mana vegetasi berada di seluruh dunia dan faktor apa yang memengaruhi distribusi tersebut," kata Charlotte Walshaw, peneliti dari Universitas Edinburgh, yang memimpin penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan.

Pasalnya bukan hal yang mudah bagi kehidupan tanaman untuk menjajah tanah baru di alam liar Antartika yang keras, meski tatanan alam yang telah lama ada mulai terganggu.

Penulis studi Claudia Colesie dari Universitas Edinburgh menjelaskan bagaimana kolonisasi tanaman di Antartika biasanya berlangsung melalui beberapa tahap.

Pertama, alga dan sianobakteri perintis menetap di daratan dan hidup di antara partikel tanah dan pasir, tempat mereka menciptakan permukaan tempat organisme lain tumbuh. Lumut kerak dan lumut menggunakan permukaan tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan vegetasi Antartika

Namun, suhu yang menghangat dan lanskap yang berubah kini membuat kehidupan tanaman lebih mudah tumbuh di sini.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Para Pengungsi di Seluruh Dunia Semakin Menderita

Saat ini lebih dari 100 spesies tanaman baru-baru ini menyerbu Antartika, termasuk rumput halaman biasa yang telah menyebar dengan cepat di Kepulauan sub-Antartika dan tampaknya sedang bergerak menuju Semenanjung Antartika.

Padahal, hanya ada dua tanaman vaskular asli Antartika yaitu rumput rambut Antartika dan lumut mutiara Antartika.

Kedua spesies ini dulunya juga relatif langka di benua yang didominasi es tersebut, tapi keberadaannya sekarang makin umum dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya suhu.

Peta akurat kehidupan fotosintesis di benua ini memberi kita dasar untuk menilai perubahan di masa mendatang.

"Saat benua menghangat dan es mencair, kami perkirakan area singkapan batu akan meluas, dan vegetasi akan menempati lebih banyak tanah. Peta baru ini memungkinkan kita memantau konsekuensi perubahan iklim ini," imbuh Peter Fretwell, pakar penginderaan jarak jauh di BAS dan salah satu penulis makalah tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau