KOMPAS.com - Laboratorium Ekologi dan Keadilan Sosial (Lab Ekosos) yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia, resmi diluncurkan di Jakarta, pada Sabtu (10/8/2024).
Program ini bertujuan untuk mempertemukqn para pemuda agar duduk bersama-sama di satu tapak, berdiskusi dan belajar bersama, misalnya menghitung keanekragaman hayati, melihat kontribusi ekonomi suatu kawasan, bahkan menghitung karbon, termasuk kontribusi Lab Ekosos terhadap program Indonesia's FOLU Net Sink 2030.
Dalam sambutan saat peluncuran, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyampaikan ada tiga makna penting laboratorium ekosos dalam upata mencapai kemajuan dalam lingkungan hidup dan kehutanan.
Baca juga:
“Pertama, laboratorium lapangan seperti ini akan menuntun kita pada kerja yang sistematis di lapangan, misalnya dalam proses menanam pohon sehingga terbangun kesadaran bahwa menanam itu penting dan menjadi bagian dari dorongan naluri,” ujar Menteri Siti, dalam pernyataannya.
Kedua, kata dia, laboratorium lapangan seperti ini sangat penting untuk menjawab dan merintis secara nyata bentuk-bentuk ataupun situasi dari ekosistem yang ideal, yaitu suatu ekosistem yang terbangun dari elemen dasar sistem ekologi dan sistem sosial.
Menteri Siti menjelaskan, ekosistem itu artinya blending atau menyatunya antara sistem ekologi dan sistem sosial.
Misalnya, di desa dimana alam terjaga, ada ruang masyarakat untuk membangun ekonomi, terdapat kohesi sosial yang baik yakni hubungan interaksi antar manusia, ada ruang kesempatan masyarakat yang terbuka untuk maju, aksesibilitas yang baik, hubungan ke dalam dan keluar yang baik (inward dan outeward looking), akses informasi yang cukup, dan beberapa kriteria lagi dalam teori-teori pembangunan desa.
“Seperti itulah antara lain ekosistem desa yang ideal. Laboratorium Ekosos lapangan ini akan menuntun hingga ke fase ekosistem pedesaan yang ideal tersebut," imbuhnya.
Ketiga, pada konteks keilmuan, saat berbicara tentang keadilan sosial dan ekologis, maka praktik-praktik empirik lapangan dan akumulasinya akan membangun temuan-temuan baru atau novelty untuk terbangunnya sebuah teori.
“Jadi, laboratorium lapangan ini juga akan sangat berarti dalam mengembangkan keilmuan dan melengkapi keilmuan lingkungan dari cabang utamanya semula dari keilmuan geografi dan ekonomi,” ujarnya.
Baca juga:
Laboratorium lapangan juga akan melengkapi keilmuan lingkungan dengan ilmu dasar politik, ilmu dasar hukum, ilmu alam, bahkan statistika. Sehingga, ada jalan baru menuju penguatan keilmuan lingkungan dan ini akan menarik bagi para akademisi dan peneliti.
"Dalam kebijakan dan operasional lingkungan, stakeholders dengan requirement tertinggi adalah para peneliti dan akademisi. Tantangan menjawab itu bagi para peneliti dan akademisi sekarang sudah mulai terbuka, dan itu akan bisa dilakukan oleh generasi muda kita," ujar Menteri Siti.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan keyakinannya, bahwa komitmen dan kerja keras bersama dapat menghadapi tantangan lingkungan sekaligus mewujudkan visi Indonesia yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan.
Menteri Siti berharap, kegiatan ini dapat terus berlanjut dan berkembang, menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik awal dari gerakan besar yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, terutama kaum muda, dalam menjaga dan merawat bumi kita tercinta," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Institut Hijau Indonesia sekaligus Founder Green Leadership Indonesia (GLI), Chalid Muhammad, melaporkan bahwa GLI bekerjasama dengan Ditjen PDASRH, BSILHK dan BP2SDM KLHK membangun Laboratorium Keadilan Sosial dan Ekologi (Lab Ekosos) tersebut.
Ia menjelaskan, para pemuda di kampus diharapkan dapat memanfaatkan Lab Ekosos sebagai tempat bertemu dan bertukar pikiran bersama.
"Kami berharap Lab Ekosos ini menjadi tempat di mana alumni Green Leadership Indonesia, Green Youth Movement, Green Ambassador, bersama generasi muda yang lain tidak hanya berdiskusi, tetapi memikirkan bagaimana masa depan Indonesia akan dibangun karena merekalah sesungguhnya pemilik dan pewarisnya," ujar Chalid.
Pada saat yang sama, GLI bersama UPT KLHK di seluruh Indonesia bersama generasi muda melakukan penanaman serentak yang menjadi bagian dari gerakan Kaum Muda Menanam ke-2.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya