KOMPAS.com - Sejumlah peneliti berhasil merancang dan membangun rumah menggunakan popok sekali pakai yang hancurkan dan dicampur ke dalam beton dan mortarnya.
Laporan peneliti yang dipublikasikan di Scientific Reports tersebut mengungkapkan rumah satu lantai dengan luas sekitar 36 meter persegi itu berasal dari hampir 2 meter kubik popok bekas.
Seperti dikutip dari Science News, Senin (19/8/2024) penggunaan popok bekas sebagai bahan bangunan komposit tidak hanya akan mengurangi sampah di TPA tetapi juga dapat membuat rumah lebih terjangkau.
Misalnya saja seperti yang terjadi di Indonesia. Kebutuhan akan perumahan berbiaya rendah di negara berkembang seperti Indonesia, menurut peneliti jauh melebihi ketersediaannya.
Siswanti Zuraida, peneliti dari Universitas Kitakyushu di Jepang yang juga berasal dari Indonesia memaparkan pula populasi perkotaan Indonesia telah meningkat sekitar 4 persen per tahun dalam tiga dekade terakhir.
Baca juga: Kejar Target Nol Emisi, SIG Pakai Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Selain itu makin banyak penduduknya yang pindah ke pusat kota di mana lebih dari dua pertiga penduduk Indonesia diperkirakan akan tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2025.
Lonjakan populasi tersebut memberikan tekanan berat pada permintaan perumahan dan pengelolaan limbah.
Popok sekali pakai yang sudah digunakan sebagian besar menumpuk di tempat pembuangan sampah atau dibakar, sehingga menambah masalah limbah yang terus bertambah.
Dan dalam studi ini peneliti ternyata menemukan bahwa popok sekali pakai mengandung banyak bahan bangunan yang berpotensi bermanfaat seperti bubur kayu, katun, rayon, dan plastik.
Peneliti kemudian menilai seberapa banyak pasir, kerikil dan bahan bangunan tradisional lainnya yang dapat digantikan oleh popok.
Mereka lantas membuat enam sampel beton dan mortar yang berbeda dengan mencampur berbagai proporsi bahan popok dan semen, pasir, kerikil, dan air.
Selanjutnya, peneliti merancang dan membangun rumah kecil satu lantai dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi berdasarkan jumlah maksimum limbah popok yang dapat mereka gunakan.
Baca juga: Limbah Industri Sebabkan Kematian 20 Ton Ikan di Sungai Brasil
Popok daur ulang tersebut dapat menggantikan hingga 27 persen bahan tradisional yang digunakan dalam komponen struktural yang menahan beban seperti kolom dan balok tanpa kehilangan kekuatan yang signifikan.
Sedangkan untuk komponen nonstruktural seperti partisi dinding atau paving block taman, popok yang dicacah dapat menggantikan hingga 40 persen pasir.
Kendati demikian ada tantangan tersendiri dalam pembangunan rumah ini.
Menurut peneliti komponen plastik popok harus dipisahkan dari serat organik, proses daur ulang rumit yang saat ini hanya tersedia di negara-negara maju.
"Mungkin ada baiknya untuk mulai memikirkan cara mengganti popok sekali pakai dengan sesuatu yang bisa digunakan dalam jangka panjang," kata ahli kimia Christof Schröfl dari Technische Universität Dresden di Jerman.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya