Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waste4Change Ungkap Tiga Langkah Kunci Atasi Krisis Sampah

Kompas.com - 02/07/2025, 15:10 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Head of Consulting Business Waste4Change, Anissa Ratna Putri, mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Menurut Anissa, ketergantungan ini menyebabkan banyak kota dan kabupaten tidak mampu memenuhi standar pelayanan pengelolaan sampah minimum.

Rata-rata alokasi APBD untuk pengelolaan sampah hanya sekitar 0,4 persen di kabupaten dan 2 persen di kota, jauh dari angka ideal minimal 5 persen.

“Dampaknya, banyak fasilitas mangkrak, alat angkut rusak, dan praktik open dumping masih terjadi, meskipun telah dilarang sejak 2013 melalui UU No. 18 Tahun 2008,” ujar Anissa sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya pada Rabu (2/7/2025).

Anissa mengatakan bahwa data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) per April 2025 menunjukkan capaian pengurangan sampah baru 19,7 persen dan penanganan 50,1 persen. Ini masih jauh dari target nasional 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan.

Baca juga: Menteri LH: Kampung Samtama Jakpus Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Warga

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Menurut Anissa, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pembiayaan sekitar Rp 54–67 triliun untuk belanja modal dalam membangun sistem pengelolaan sampah baru di daerah yang belum memilikinya, serta Rp 7–12 triliun per tahun untuk biaya operasional.

Anissa menyoroti bahwa mayoritas daerah masih menggunakan model pembiayaan publik, di mana pemerintah bertindak sebagai operator dan penyandang dana. Model ini rentan terhadap dinamika politik dan krisis fiskal.

Selain itu, Anissa juga menyoroti tarif retribusi sampah pun masih rendah, dengan tingkat penagihan di bawah 25 persen dari total obyek wajib iuran.

Menurutnya, akar masalah terletak pada sistem pembiayaan yang tidak mandiri dan tidak menerapkan prinsip polluter pays, yaitu pihak yang menghasilkan sampah bertanggung jawab atas biayanya.

Anissa membandingkan dengan sistem pelayanan PDAM, di mana pembayaran langsung menentukan kualitas dan kesinambungan layanan, serta menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Baca juga: Pemerintah Perlu Skema Pendanaan Baru untuk Pengelolaan Sampah

Sementara pada layanan sampah, dana retribusi masuk ke PAD, lalu dibagi sesuai prioritas daerah, yang seringkali tidak proporsional terhadap kebutuhan pengelolaan sampah.

Contohnya, kebutuhan layanan ideal bisa mencapai Rp 350 miliar, namun hanya Rp 35 miliar yang terkumpul dari retribusi. Sisanya bergantung pada subsidi dari PAD dan alokasi APBD, sehingga tingkat pemulihan biaya rendah dan pengelolaan sampah menjadi tidak berkelanjutan.

Untuk mengatasi masalah pembiayaan pada pengelolaan sampah ini, Anissa menekankan perlunya pembenahan total terhadap sistem iuran (retribusi) pengelolaan sampah. Ia menyebut tiga prinsip utama yang harus diterapkan.

Pertama, full cost recovery, yaitu iuran harus cukup untuk menutupi seluruh biaya pengelolaan sampah yang ideal, bukan asal murah atau sekadar formalitas.

Kedua, 100 persen terkumpul, artinya iuran harus dapat ditagih dan terkumpul sepenuhnya dan ketiga, transparan, di mana masyarakat dapat memantau dan melacak penggunaan dana iuran secara terbuka.

Dengan prinsip ini, pengelolaan sampah dinilai bisa berlangsung lebih adil, efisien, dan berkelanjutan.

Baca juga: Menteri LH: Jakarta Butuh 5 PLTSa jika Ingin Masalah Sampah Selesai

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau