Meski bahan-bahan ini memberikan keamanan tetapi juga menghasilkan sejumlah besar limbah.
Pertama, produksi bahan kemasan khususnya plastik dan kardus menghabiskan sumber daya alam dan energi yang signifikan. Plastik berasal dari bahan bakar fosil dan produksinya melepaskan gas rumah kaca.
Sementara kardus meski dapat terurai melibatkan penebangan hutan dan proses yang memerlukan banyak energi.
Kedua, pembuangan limbah kemasan menimbulkan ancaman lingkungan yang serius. Kemasan plastik sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah atau lautan, di mana ia dapat bertahan selama ratusan tahun, membahayakan satwa liar dan ekosistem.
Baca juga: 4 Upaya Pelaksanaan Kurban yang Ramah Lingkungan
Jadi, jika belanja daring dapat menyebabkan begitu banyak masalah, bagaimana cara memperbaikinya?
Hal pertama yang harus Anda lakukan jika ingin mengurangi dampak terhadap lingkungan adalah dengan mengurangi belanja. Ya, ini jadi solusi yang kasar tetapi juga sangat efisien.
Kita hidup di masa konsumerisme tetapi hanya mendaur ulang sedikit barang yang kita gunakan. Jadi hal yang paling berkelanjutan untuk dilakukan adalah dengan mengurangi belanja.
Kedua, berinvestasilah pada produk berkualitas tinggi yang tahan lama sehingga mengurangi kebutuhan untuk penggantian barang yang terlalu sering.
Pendekatan ini tidak hanya menghemat uang dalam jangka panjang tetapi juga mengurangi limbah.
Terakhir, jika Anda membeli 'fast shopping' cobalah untuk mendukung merek yang berkelanjutan atau merek yang menggunakan kemasan minimal.
Munculnya e-commerce telah mengubah cara masyarakat berbelanja namun dampak lingkungan dari kebiasaan belanja ini tentu tidak boleh diabaikan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya