Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Belanja Daring Lebih Ramah Lingkungan?

Kompas.com - 24/08/2024, 14:18 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama dekade terakhir, belanja daring telah melonjak popularitasnya dan menawarkan kemudahan yang tidak tertandingi.

Pandemi COVID-19 semakin mempercepat tren ini, karena pembatasan wilayah dan tindakan menjaga jarak sosial mendorong konsumen untuk berbelanja daring lebih dari sebelumnya.

Menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), penjualan e-commerce global mencapai $26,7 triliun pada tahun 2020, peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya dan angkanya terus meningkat.

Tapi dengan metode belanja baru ini, muncul pertanyaan pula apakah belanja daring lebih ramah lingkungan?

Sekilas mungkin Anda berpikir membeli secara daring lebih ramah lingkungan karena tanpa toko yang menggunakan banyak energi dan lebih sedikit infrastruktur untuk mendukungnya.

Tapi apakah benar demikian? Mari kulik satu persatu-satu.

Emisi dan Transportasi

Mengutip ZME Science, Selasa (20/8/2024) emisi transportasi merupakan faktor signifikan dalam dampak lingkungan dari belanja daring.

Baca juga: Beralih ke Usaha Ramah Lingkungan, Entitas Bisnis Butuh Dukungan Finansial

Perjalanan suatu produk dari gudang ke depan pintu konsumen melibatkan beberapa tahap transportasi, yang masing-masing berkontribusi terhadap jejak karbon secara keseluruhan.

Proses ini mencakup pengiriman jarak jauh dari produsen ke pusat distribusi, pengiriman lokal dari gudang ke rumah, dan perjalanan pulang untuk produk yang dikirim kembali.

Namun jenis transportasilah yang benar-benar membuat perbedaan di sini.

Transportasi udara, meskipun cepat mengeluarkan lebih banyak CO2 per ton kilometer dibandingkan dengan transportasi laut atau darat. Di sisi lain, transportasi laut tetap berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya.

Ini belum termasuk tahap akhir perjalanan dari pusat distribusi lokal ke rumah konsumen yang biasanya ditangani oleh mobil atau kendaraan bermotor.

Tahap ini dapat menghasilkan karbon yang sangat tinggi karena sering kali melibatkan banyak pemberhentian.

Jadi jika ingin membeli sesuatu secara daring, perhatikan bagaimana produk tersebut dikirim dan diangkut. Dan jika memungkinkan jangan menggunakan pengiriman cepat karena dapat meningkatkan emisi secara drastis.

Pengemasan yang berlebih

Untuk melindungi barang selama perjalanan, biasanya toko daring akan menggunakan kemasan berlapis termasuk kotak dan plastik gelembung.

Meski bahan-bahan ini memberikan keamanan tetapi juga menghasilkan sejumlah besar limbah.

Pertama, produksi bahan kemasan khususnya plastik dan kardus menghabiskan sumber daya alam dan energi yang signifikan. Plastik berasal dari bahan bakar fosil dan produksinya melepaskan gas rumah kaca.

Sementara kardus meski dapat terurai melibatkan penebangan hutan dan proses yang memerlukan banyak energi.

Kedua, pembuangan limbah kemasan menimbulkan ancaman lingkungan yang serius. Kemasan plastik sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah atau lautan, di mana ia dapat bertahan selama ratusan tahun, membahayakan satwa liar dan ekosistem.

Baca juga: 4 Upaya Pelaksanaan Kurban yang Ramah Lingkungan

Mengurangi dampak belanja daring

Jadi, jika belanja daring dapat menyebabkan begitu banyak masalah, bagaimana cara memperbaikinya?

Hal pertama yang harus Anda lakukan jika ingin mengurangi dampak terhadap lingkungan adalah dengan mengurangi belanja. Ya, ini jadi solusi yang kasar tetapi juga sangat efisien.

Kita hidup di masa konsumerisme tetapi hanya mendaur ulang sedikit barang yang kita gunakan. Jadi hal yang paling berkelanjutan untuk dilakukan adalah dengan mengurangi belanja.

Kedua, berinvestasilah pada produk berkualitas tinggi yang tahan lama sehingga mengurangi kebutuhan untuk penggantian barang yang terlalu sering.

Pendekatan ini tidak hanya menghemat uang dalam jangka panjang tetapi juga mengurangi limbah.

Terakhir, jika Anda membeli 'fast shopping' cobalah untuk mendukung merek yang berkelanjutan atau merek yang menggunakan kemasan minimal.

Munculnya e-commerce telah mengubah cara masyarakat berbelanja namun dampak lingkungan dari kebiasaan belanja ini tentu tidak boleh diabaikan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau