Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Kompas.com - 07/09/2024, 12:57 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas memiliki korelasi positif dengan perekonomian sebuah bangsa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Gim Huay Neo, Managing Director, Center for Nature and Climate at the World Economic Forum (WEF) dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Jumat (6/9).

Dalam paparannya, ia menyebut 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia bergantung pada sumber daya alam.

Berdasarkan fakta itu, ia mempertanyakan mengapa kita masih mengalami kerusakan lingkungan hidup sementara kita bergantung pada sumber daya tersebut.

Menurut Gim, negara atau pelaku bisnis yang memikirkan bagaimana melindungi dan memulihkan alam sebenarnya memiliki kesempatan untuk meraih keuntungan, baik untuk saat ini maupun generasi yang akan datang.

Baca juga: China Berkomitmen Terapkan Tata Kelola Keanekaragaman Hayati

"Jadi melindungi keanekaragaman hayati dan perekonomian ini punya korelasi positif," kata Gim.

Hilangnya Biodiversitas

Dalam kesempatan yang sama, ia mengatakan hilangnya biodiversitas ini tidak terlepas dari aktivitas produksi pangan.

"80 persen hilangnya biodiversitas ini terkait dengan cara kita memproduksi makanan," ungkap Gim.

Dan saat berbicara soal food production tidak akan terpisahkan pula dari peran petani dan nelayan yang juga merupakan penggerak perekonomian.

Jadi jika dikaitkan dengan melindungi keanekaragaman hayati, Gim mengungkapkan bagaimana upaya untuk mendukung mereka dalam hal memproduksi makanan tapi sekaligus menjaga sumber daya alam.

Baca juga: Konservasi Hutan Terpadu dapat Pulihkan Keanekaragaman Hayati hingga Kesejahteraan Warga Lokal

Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan menggunakan pendekatan data dan teknologi melalaui AI.

"Petani dan nelayan bisa menggunakan data dan teknologi untuk mendukung inovasi sektor pangan," terang Gim.

Selain itu juga, teknologi bisa menjadi panduan untuk membantu mereka membuat keputusan terkait penggunaan sumber daya yang pada akhirnya bisa meningkatkan pendapatan tetapi juga sekaligus menjaga kualitas sumber daya alam.

Lalu yang kedua adalah pendekatan finansial yang dapat mendukung petani dan juga nelayan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau