Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Kompas.com - 06/09/2024, 19:25 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyatakan meski sekitar 70 persen wilayah Indonesia lautan, namun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat rendah.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Marves, Firman Hidayat menyatakan, kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDB nasional masih minim, hanya 7,9 persen.

“Kontribusi sektor maritim hanya 7,9 persen terhadap PDB nasional. Dan jika kita melihat pertumbuhan PDB maritim, selama lima tahun terakhir hanya tumbuh sekitar 2 persen, sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi kita sekitar 5 persen,” ujar Firman, Jumat (6/9/2024).

Baca juga: Indonesia Akan Tambah 2 Kapal Riset Baru, Dorong Studi Kelautan

Ia menilai, meski Indonesia memiliki potensi melimpah, pemanfaatan sektor maritim masih kurang signifikan dan masih sangat kurang dikembangkan.

Adapun dari 7,9 persen, pemerintah menargetkan dapat meningkatkan kontribusi ini menjadi 15 persen pada 2045. 

Rendahnya industri pengolahan sektor maritim

Menurut Firman, dengan kekayaan sumber daya laut seperti ikan, rumput laut, terumbu karang, hingga energi terbarukan laut, seharusnya sektor maritim mampu menyumbang angka ekonomi hingga 70 persen dari PDB nasional.

“Namun, jika kita melihat lebih dalam pada subsektor di PDB maritim, salah satu kontribusi terendah sebenarnya berasal dari industri pengolahan maritim,” sambungnya.

Baca juga: Susun Target Iklim Kedua, RI Masukkan Sektor Kelautan dalam Second NDC

Sebagai contoh, Indonesia punya area yang luas dan cocok untuk budidaya rumput laut, bahkan terbesar kedua di dunia. Namun, yang dimanfaatkan baru sekitar 1 persen dari area tersebut.

Padahal, dari rumput laut, industri pengolahan bisa menghasilkan bio-plastik yang mengurangi masalah polusi, hingga memproduksi bahan bakar nabati untuk mengatasi krisis energi.

“Dan jika kita melihat lagi pada subsektor maritim, untuk energi terbarukan dari laut kontribusinya masih nol,” ujar Firman.

Hal ini, kata dia, di antaranya disebabkan juga karena faktor rendahnya eksplorasi dan pemetaan area laut Indonesia. Terkini, baru sekitar 19 persen area laut yang sudah terpetakan.

Baca juga: Nilai Strategis Data Spasial Laut

Oleh karena itu, Firman menegaskan prioritas Pemerintah Indonesia ke depan adalah untuk mengeksplorasi dan memahami lebih banyak tentang lautan.

“Kita perlu menggunakan teknologi dan sensor untuk memantau semua data dari lautan, agar  bisa lebih memahami dan mengetahui potensi sejati sumber daya laut,” pungkasnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau