Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Cara Manfaatkan Ampas Kopi untuk Beton

Kompas.com - 17/09/2024, 15:02 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan di Australia menemukan ampas kopi yang sudah tak terpakai lagi bisa dimanfaatkan sebagai material bahan bangunan.

Dalam studinya mereka menyebut dengan menambahkan ampas kopi, ilmuwan bisa menggunakannya sebagai campuran memproduksi beton yang 30 persen lebih kuat dari beton konvensional.

Temuan ini pun dapat memecahkan banyak masalah sekaligus.

Problem Limbah Kopi

Mengutip Science Alert, Selasa (17/9/2024) setiap tahun, dunia menghasilkan 10 miliar kg atau 10 juta ton limbah kopi secara global yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah.

"Pembuangan limbah organik menimbulkan tantangan lingkungan karena mengeluarkan sejumlah besar gas rumah kaca termasuk metana dan karbon dioksida, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim," jelas insinyur Universitas RMIT Rajeev Roychand.

Baca juga: Ekosistem Jadi Tantangan dalam Membangun Ekonomi Sirkular di Indonesia

Di sisi lain, pembangunan yang sedang berkembang pesat secara global membuat permintaan akan beton juga meningkat dan menyebabkan serangkaian tantangan lingkungan lainnya.

"Penambangan pasir alam yang sedang berlangsung di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan industri konstruksi yang berkembang pesat berdampak besar pada lingkungan," kata insinyur RMIT Jie Li.

Dengan pendekatan ekonomi sirkular, peneliti akhirnya mencoba memanfaatkan limbah dari kopi sebagai campuran material bangunan.

Tidak hanya mencegah sampah organik masuk ke tempat pembuangan akhir tetapi juga dapat menjaga sumber daya alam kita, salah satunya adalah pasir.

Ampas Kopi Jadi Beton

Produk organik seperti ampas kopi tidak dapat ditambahkan langsung ke beton karena bahan kimia yang terkandung di dalamnya dapat melemahkan kekuatan bahan bangunan.

Jadi dengan menggunakan tingkat energi yang rendah, tim peneliti memanaskan ampas kopi hingga lebih dari 350 derajat Celcius sambil menghilangkan oksigen darinya.

Proses ini disebut pirolisis. Proses ini memecah molekul organik, menghasilkan arang berpori dan kaya karbon yang disebut biochar, yang dapat membentuk ikatan dengan dan dengan demikian menyatu dengan matriks semen.

Peneliti juga mencoba pirolisis ampas kopi pada suhu 500 °C tetapi partikel biochar yang dihasilkan tidak sekuat itu.

Baca juga: 5 Contoh Aksi Ekonomi Sirkular Dimulai dari Rumah

Lebih lanjut peneliti menambahkan mereka masih perlu menilai ketahanan jangka panjang produk mereka.

Peneliti pun tengah menguji kinerja semen-kopi hibrida dalam siklus beku/cair, penyerapan air, abrasi, dan banyak lagi pemicu lainnya.

Tim juga tengah berupaya menciptakan biochar dari sumber limbah organik lainnya, termasuk kayu, limbah makanan, dan limbah pertanian.

"Penelitian kami masih dalam tahap awal, tetapi temuan menarik ini menawarkan cara inovatif untuk mengurangi jumlah limbah organik yang masuk ke tempat pembuangan akhir," tambah insinyur RMIT Shannon Kilmartin-Lynch.

Dengan memastikan adanya siklus hidup yang berkelanjutan untuk semua material dan menghindari hal-hal yang berakhir di tempat pembuangan akhir itu akan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau