Menurut Yadi, biostimulan merupakan zat bioaktif yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman, memperkuat ketahanan terhadap serangan penyakit, dan meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi.
“Kitosan yang diperoleh dari kulit krustasea seperti udang dan kepiting, telah terbukti mampu merusak dinding sel patogen, sekaligus merangsang pertahanan alami tanaman,” jelas Yadi.
Dalam uji laboratorium, biostimulan berbasis kitosan mampu menekan pertumbuhan Colletotrichum gloeosporioides, penyebab antraknosa pada pepaya, hingga 88 persen.
Baca juga: Sederet Fakta Kebakaran Taman Bunga Celosia di Bandungan, Laboratorium Hortikultura Ludes
Antraknosa merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman hortikultura dan dapat mengurangi hasil panen secara drastis.
Selain pepaya, uji coba biostimulan ini juga dilakukan pada tanaman bawang merah yang terkena layu Fusarium, dengan hasil yang menunjukkan penurunan keparahan penyakit lebih dari 50 persen.
“Dengan penggunaan biostimulan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada fungisida sintetis yang merusak lingkungan,” ucap Yadi.
Biostimulan ini juga dianggap cocok untuk diterapkan oleh petani kecil karena harganya yang relatif murah.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya