JAKARTA, KOMPAS.com – Pekerja informal sektor limbah di Indonesia memainkan peran penting dalam pengelolaan limbah plastik.
Menurut data World Economic Forum 2020, para pekerja tersebut berperan mengumpulkan sekitar satu juta ton limbah per tahun.
Adapun pada 2025, pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan limbah sebesar 30 persen dan pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70 persen.
Baca juga: TNGGP dan Sukarelawan Basecamp Sauyunan Turunkan 1 Ton Sampah dari Gunung
Angka tersebut merupakan sebuah target ambisius yang tidak dapat dicapai tanpa kontribusi dari sektor informal.
Mengingat peran pekerja informal sektor limbah di Indonesia, yang dikenal sebagai “pemulung”, negara ini menjadi target implementasi kedua untuk inisiatif global yang bertujuan membantu meningkatkan kehidupan pekerja sektor informal limbah.
The Circulate Initiative, sebuah organisasi nirlaba untuk mengatasi permasalahan polusi plastik di lautan pada negara berkembang, pada Kamis (3/10/2024), mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi negara kedua untuk penerapan Inisiatif Pengadaan Bertanggung Jawab (Harmonize Responsible Sourcing Framework).
Ini merupakan program global tahunan yang dirancang untuk mengatasi tantangan hak asasi manusia yang paling mendesak dalam value chain daur ulang plastik.
Baca juga: Jelang MotoGP Mandalika, Masyarakat Sekitar Sirkuit Dilatih Kelola Sampah
Inisiasi proyek implementasi di Indonesia dilakukan setelah peluncuran di Vietnam awal tahun ini.
Program Director di The Circulate Initiative, Annerieke Douma mengatakan bahwa sistem ini bertujuan untuk memastikan rantai pasokan yang bertanggung jawab, serta mendorong kolaborasi dan komitmen pemangku kepentingan di sepanjang value chain daur ulang plastik.
“Di Indonesia, pemulung memiliki peran penting dalam membantu mengatasi krisis polusi plastik dan kami berharap dapat bekerja sama dengan mereka dengan tujuan mengatasi tantangan serta memastikan hak-hak mereka dihormati,” ujar Annerieke saat peluncuran program di Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Adapun inisiatif ini juga bertujuan untuk meningkatkan penghidupan pada sekitar 50.000 pekerja informal sektor limbah pada tahun 2026 di beberapa pasar tertentu.
Sekaligus memastikan komitmen dari lebih dari 50 merek global, investor, pengolah daur ulang, dan pengumpul untuk mengadopsi sebuah kerangka kerja terpadu, yang menawarkan pendekatan praktis dalam menerapkan praktik sourcing yang bertanggung jawab.
Baca juga: Sampah Plastik Indonesia Hanyut Sampai Afrika Kurang dari Setahun
Para mitra The Circulate Initiative antara lain, The Coca-Cola Company dan Coca-Cola Europacific Partners (CCEP), dengan perusahaan daur ulang PT Amandina Bumi Nusantara.
Inisiatif di Indonesia juga akan dipimpin oleh mitra pelaksana lokal yaitu Yayasan Mahija Parahita Nusantara.
Senior Vice President, Global Human Rights, Labor, and Employee Relations di The Coca-Cola Company, Paul Lalli menegaskan pentingnya pekerja sektor informal dalam pengolahan sampah.
“Kontribusi sektor pengumpulan limbah informal sangat penting untuk mendorong ekonomi sirkular dan membantu memastikan pasokan plastik daur ulang berkualitas tinggi yang konsisten di Indonesia. Penghormatan terhadap hak asasi manusia pada mereka yang bekerja di sektor ini sama pentingnya,” papar dia.
Baca juga: 11,3 Juta Ton Sampah Indonesia Tidak Terkelola dengan Baik
Sementara, Direktur Utama PT Amandina Bumi Nusantara, Suharji Gasali mengatakan pihaknya sangat bergantung pada keterampilan dan kontribusi pekerja informal sektor limbah, yang memasok limbah plastik berkualitas tinggi untuk didaur ulang.
“Kami sangat senang bisa menjadi bagian dari inisiatif ini, untuk menerapkan praktik di dalam rantai pasokan kami sendiri yang dapat meningkatkan kondisi mereka dan menjadi model bagi rantai pasokan lainnya di Indonesia maupun negara lain,” ungkap Suharji.
Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara, Ardhina Zaiza juga menyampaikan pentingnya kolaborasi antar pihak untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas pemulung.
“Inisiatif ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menyelaraskan upaya dalam mendukung mata pencaharian para pemulung, karyawan, dan keluarga mereka,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya