KOMPAS.com - Hampir tiga perempat populasi global menghadapi ancaman cuaca ekstrem dalam 20 tahun ke depan.
Kondisi ini menurut peneliti dalam studinya tak terelakkan kecuali emisi gas rumah kaca dikurangi secara drastis.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience itu, menunjukkan bagaimana pemanasan global dapat bergabung dengan variasi normal cuaca dan menghasilkan periode perubahan yang sangat cepat, baik itu suhu ekstrem maupun curah hujan.
Seperti dikutip dari Phys, Rabu (11/9/2024) simulasi menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, diperkirakan akan mengalami perubahan iklim yang kuat dalam hal suhu dan curah hujan ekstrem dalam 20 tahun ke depan, di bawah skenario emisi tinggi.
Baca juga: Pemanasan Global: Venezuela Kehilangan Gletser Terakhirnya
Namun dengan mitigasi emisi yang kuat, jumlah dampaknya diperkirakan akan berkurang menjadi 20 persen populasi atau sekitar 1,5 miliar orang.
Periode perubahan yang cepat tersebut menurut peneliti dapat meningkatkan risiko kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Misalnya, gelombang panas dapat menyebabkan stres akibat panas dan kematian berlebih pada manusia dan ternak, stres pada ekosistem, berkurangnya hasil pertanian, kesulitan dalam pendinginan pembangkit listrik, dan gangguan transportasi.
Curah hujan ekstrem juga dapat menyebabkan banjir dan kerusakan pada permukiman, infrastruktur, tanaman pangan, dan ekosistem, peningkatan erosi, dan penurunan kualitas air.
Baca juga: Bencana yang Perlu Diwaspadai akibat Cuaca Ekstrem
Masyarakat sangat rentan terhadap tingkat perubahan ekstrem yang tinggi, terutama ketika beberapa bahaya meningkat sekaligus.
Lebih lanjut, meski studi ini fokus pada kemungkinan ancaman cuaca ekstrem, peneliti menekankan pula bahwa hasil dari penelitian memiliki implikasi penting bagi adaptasi iklim.
"Satu-satunya cara untuk mengatasi ancaman adalah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan peristiwa ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam satu hingga dua dekade mendatang," tambah Dr. Bjørn H. Samset dari Pusat Penelitian Iklim Internasional CICERO.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya