KOMPAS.com - Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh AXA mengungkapkan sebagian besar orang telah terdampak perubahan iklim.
Dalam Laporan Risiko Masa Depan ke-11 tahun 2024, AXA melakukan survei terhadap 3000 ahli dan 20.000 masyarakat di seluruh dunia untuk menyusun laporan tersebut.
Hasilnya, seperti dikutip dari Edie, Rabu (16/10/2024) sebanyak 77 persen orang merasa rentan terhadap perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Baca juga:
Survei juga menyebut risiko terkait iklim sebagai risiko darurat terbesar yang dirasakan oleh masyarakat umum dan ahli.
Di antara para ahli dan masyarakat umum, lebih dari sembilan dari sepuluh orang setuju bahwa krisis dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang semakin negatif pada kehidupan masyarakat.
Mereka sebagian besar juga tidak membayangkan adanya perbaikan berarti terhadap situasi keseluruhan pada tahun berikutnya.
Lebih lanjut, iklim telah menduduki puncak daftar risiko yang dirasakan selama enam dari tujuh tahun terakhir, hanya dikalahkan oleh Covid-19 pada tahun 2020. Risiko terkait iklim ini ditempatkan di lima teratas oleh 63 persen ahli dan 45 persen masyarakat umum.
Tahun ini, lima risiko teratas adalah iklim, ketidakstabilan geopolitik, keamanan siber, dan risiko yang
berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) dan big data.
Survei juga menemukan bahwa kekhawatiran iklim meningkat di seluruh dunia dan ada perbedaan yang mencolok dalam seberapa cepat kesadaran dan pemahaman menyebar.
Contohnya saja, orang Eropa menempatkan perubahan iklim sebagai risiko baru yang jauh lebih mendesak dari tahun ke tahun dengan 67 persen pakar dan 49 persen publik menempatkan risiko tersebut dalam lima risiko teratas mereka.
Baca juga:
Begitu juga yang terjadi di Amerika Serikat. Iklim masih menduduki peringkat sebagai risiko masa depan teratas di AS bagi para ahli dan masyarakat umum.
Laporan menyoroti pula bagaimana misinformasi dan disinformasi akan membuat penanganan risiko saat ini dan yang baru menjadi lebih sulit. Kondisi ini didorong oleh peningkatan AI dan media sosial.
Hanya seperlima pakar di Eropa dan Amerika yang yakin bahwa publik dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.
Jajak pendapat pakar risiko global dari World Economic Forum pada awal tahun ini pula menunjukkan misinformasi dan disinformasi menduduki peringkat sebagai masalah yang paling mendesak, dalam hal kemungkinan dan tingkat keparahan dampaknya, selama dua tahun ke depan.
sumber https://www.edie.net/climate-risks-almost-8-in-10-globally-say-theyre-already-personally-affected/
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya