Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan Banyak “Pengungsi Iklim” di Berbagai Wilayah di Dunia

Kompas.com, 1 Oktober 2024, 20:38 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan baru dari C40 Cities dan Mayors Migration Council menemukan beberapa negara di dunia yang paling rentan terhadap perubahan iklim akan mengalami perombakan populasi besar-besaran.

Hal tersebut terjadi karena peristiwa lingkungan dan cuaca ekstrem mendorong banyak orang untuk bermigrasi ke kota-kota yang sudah padat yang ada di dekat perbatasan wilayah mereka sebelumnya.

Laporan itu mencontohkan banjir ekstrem di Bangladesh dapat menyebabkan sebanyak 3,1 juta orang mengungsi secara internal ke ibu kota Dhaka yang berpenduduk padat pada 2050.

Selain itu juga di Kolombia, hampir 600.000 pengungsi iklim diperkirakan akan menetap di ibu kota Bogota, di mana kekurangan air telah memengaruhi sekitar delapan juta orang penduduknya.

Mengutip Business Times, Selasa (1/10/2024) laporan ini pun menjadi salah satu yang pertama memberikan proyeksi pengungsi iklim tingkat kota di berbagai wilayah, khususnya kawasan global south.

Baca juga: 5 Kabar Baik soal Lingkungan Sepanjang September

Kawasan yang mengacu pada negara-negara di seluruh dunia yang kerap dideskripsikan sebagai negara berkembang ini memiliki dampak iklim dan tantangan perkotaannya yang lebih intens.

Dampak Pengungsi Iklim

Laporan ini memproyeksikan tanpa pengurangan emisi karbon global yang signifikan, 10 kota besar dengan pertumbuhan tercepat di Afrika, Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Timur Tengah dapat mengalami gelombang pengungsi dengan total delapan juta orang pada pertengahan abad ini.

Jumlah tersebut, menurut proyeksi laporan belum termasuk pengungsi ekonomi dan politik serta pengungsi dari negara lain.

“Orang-orang pindah ke kota tempat mereka dapat menemukan peluang, perumahan, dan koneksi sosial, dan mereka tidak perlu mengalami kerumitan pindah ke luar negeri untuk menemukannya,” kata Claudia Huerta, manajer senior kampanye iklim dan migrasi di C40.

Selain itu Masuknya populasi akan memberi lebih banyak tekanan pada layanan lokal dan mempercepat urbanisasi yang tidak terkendali. Kota-kota penerima juga menghadapi tantangan iklim mereka sendiri saat pengungsi masuk.

Contohnya saja, di Brasil pengungsi internal yang mengungsi akibat berbagai peristiwa seperti banjir, kekurangan air, dan hasil panen yang buruk dapat menghadapi tingkat polusi udara yang berbahaya dan kebakaran hutan dahsyat di kota tempat tinggal mereka yang baru seperti Sao Paulo atau Rio de Janeiro.

Baca juga: Mengapa Memilih Produk Ramah Lingkungan Itu Penting

"Dampak iklim yang mereka hadapi tidak kemudian hilang," tulis peneliti dalam studinya.

Mengurangi Pengungsi Iklim

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa jika kenaikan suhu global dibatasi hingga 1,5 derajat C sebagaimana ditetapkan oleh Perjanjian Paris, kota-kota dapat secara substansial mengurangi dampak pengungsi iklim.

Karena belum ada kemajuan yang berarti dalam pengurangan emisi, beberapa kota dalam penelitian tersebut telah bersiap menghadapi gelombang masuk penduduk.

Namun, para peneliti mengatakan beban tersebut seharusnya tidak dibebankan kepada kota-kota penerima itu sendiri, dan menyerukan kepada pemerintah serta sektor swasta untuk melakukan bagian mereka dalam mengurangi risiko iklim.

Baca juga: Penuaan Populasi, Perubahan Iklim, dan Penguasaan Teknologi

“Masalah terbesar yang perlu kita atasi untuk mengurangi dampak pengungsi iklim terhadap kota-kota adalah mengurangi emisi,” kata Jazmin Burgess, direktur aksi iklim inklusif di C40.

“Dan tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada kota-kota, tetapi menuntut tindakan dari semua orang,” tambahnya.

sumber https://www.businesstimes.com.sg/international/climate-migrants-stand-overwhelm-worlds-megacities

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau