KOMPAS.com - Lebih dari 80 persen negara di dunia belum mengajukan rencana pelestarian alam yang disepakati sebelumnya.
Pada Desember 2022, 188 perwakilan negara menyepakati Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global (GBF) Kunming-Montreal pada hari terakhir KTT Keanekaragaman Hayati COP15 di Montreal, Kanada.
Kesepakatan tersebut mencakup target untuk melindungi 30 persen daratan dan lautan, mereformasi subsidi yang merusak lingkungan, dan memangkas penggunaan pestisida.
Baca juga: KLHK: Keanekaragaman Hayati Hadapi Ancaman Kepunahan Serius
Masing-masing negara juga berkomitmen membeberkan rencana pelestarian alam dalam Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional (NBSAP) sebelum KTT Keanekaragaman Hayati COP16 digelar di Cali, Kolombia, pada Oktober ini.
Akan tetapi, dari 188 negara yang menyepakati komitmen tersebut, baru 25 negara yang mengajukan rencana pelestarian alam level nasional yakni NBSAP.
Analisis oleh Carbon Brief dan The Guardian menunjukkan, beberapa ekosistem terpenting di planet ini tidak tercakup dalam NBSAP.
Di samping itu, hanya lima dari 17 negara yang menjadi rumah bagi sekitar 70 persen keanekaragaman hayati dunia yang menghasilkan NBSAP.
Kelima negara tersebut adalah Australia, China, Indonesia, Malaysia, dan Meksiko.
Baca juga: Polusi Tanah Jadi Ancaman Keanekaragaman Hayati
Direktur Global Program Pangan, Tanah, dan Air di World Resources Institute Crystal Davis mengatakan, alam sedang menghadapi krisis yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
"Di COP16 inilah saatnya bagi semua negara untuk maju dan mengubah perjanjian global yang penting untuk melindungi dan memulihkan alam menjadi tindakan," kata Davis dilansir The Guardian, Selasa (15/10/2024).
Sekretaris Eksekutif Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati Astrid Schomaker mengatakan, lebih banyak NBSAP akan lebih baik.
"Kami berharap lebih banyak yang akan diumumkan di COP16, termasuk beberapa negara besar seperti India," ujar Schomaker.
Dia meyakini, akan ada lebih banyak NBSAP yang disampaikan negara-negara pada akhir tahun ini.
Baca juga: China Berkomitmen Terapkan Tata Kelola Keanekaragaman Hayati
"Kami memahami bahwa ketika mereka terlambat, negara-negara harus mendapatkan pendanaan terlebih dahulu. Sangat sering itu karena mereka mencoba melakukan pendekatan seluruh masyarakat. Itu butuh waktu," papar Schomaker.
Kehadiran NBSAP yang efektif dinilai sangat penting bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati global.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya