LABUAN BAJO, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berupaya memperbesar pembiayaan ke berbagai sektor bisnis yang sejalan dengan nilai-nilai sustainability.
Hingga saat ini, porsi pembiayaan BCA ke sektor yang sejalan dengan aspek sustainability atau green financing mencapai 25 persen dari keseluruhan portofolio kredit yang disalurkan. Adapun nilainya mencapai sekitar Rp 200 triliun dari outstanding kredit perseroan di kisaran Rp 850 triliun.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menuturkan bahwa green financing yang telah disalurkan perseroan menyasar ke perusahaan yang menjalankan bisnis terkait pemanfaatan energi baru terbarukan.
Baca juga: Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat
"Saat ini portofolio green financing sudah mencapai 25 persen dari keseluruhan kredit, dan masuk ke sektor-sektor yang sangat positif berhubungan dengan sustainability seperti geothermal, angin, air, atau EBT agar sektor tersebut bisa berkembang lebih luas," ujarnya Kamis (16/10/2024).
Hera menuturkan, berkembangnya sektor industri tersebut juga positif terhadap perekonomian, karena menciptakan banyak lapangan kerja baru.
Di samping itu, perekonomian juga bergerak seiring dengan munculnya pemain-pemain yang berada dalam ekosistem EBT.
Selain ke sektor EBT, BCA juga fokus pada pemberian kredit ke sektor kelapa sawit. Namun untuk sektor ini, perseroan menerapkan persyaratan yang ketat.
"Kami sangat selektif untuk menyalurkan pembiayaan hanya kepada perusahaan sawit yang telah memperoleh sertifikat RSPO dan ISPO. Dua syarat tersebut harus dimiliki oleh perusahaan yang mengajukan pembiayaan kepada kami," lanjut Hera.
Baca juga: Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun Smart Grid dan Jaringan Transmisi
Perseroan memberikan alokasi untuk sektor ini karena industri sawit juga menjadi salah satu penggerak perekonomian nasional. Tak hanya sebagai bahan makan, sawit juga menjadi bahan baku untuk biodiesel," lanjut dia.
Untuk tahun depan, BCA belum bersedia membuka target pertumbuhan green financing. Meski demikian, perusahaan yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Djarum Group ini akan terus melihat potensi pembiayaan yang ada.
Mengutip website Kemenkeu, green financing adalah istilah yang merujuk kepada investasi atau pembiayaan ke proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan inisiatif, produk lingkungan, dan kebijakan yang mendorong pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
Di Indonesia, green financing didefinisikan sebagai dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Baca juga: Studi: Negara-negara di Asia Terapkan Sustainable Finance yang Berbeda-beda
Hingga semester I 2024, BCA mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 850 triliun. Kredit korporasi menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi per Juni 2024, atau naik 19,9 persen secara tahunan mencapai Rp 388,6 triliun.
Kemudian kredit komersial tumbuh 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp 127,8 triliun. Lalu, kredit UKM naik 12,7 persen secara tahunan hingga menyentuh Rp 114,4 triliun.
Portofolio kredit konsumer meningkat 13,6 persen secara tahunan menjadi Rp 210,2 triliun. Angka tersebut didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen secara tahunan mencapai Rp 126,9 triliun.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya