Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja Bisnis untuk Keberlanjutan Meningkat

Kompas.com, 29 Oktober 2024, 17:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Laporan baru dari Simply Sustainable menunjukkan sembilan dari 10 profesional yang berkecimpung di bidang keberlanjutan mengatakan bahwa atasan mereka akan meningkatkan pengeluaran untuk proyek dan insiatif lingkungan pada tahun depan.

Hasil laporan ini berdasarkan wawancara dari 150 pemimpin senior dan pembuat keputusan keberlanjutan di Inggris dan Belanda.

Laporan yang dibuat untuk lebih memahami pengalaman terkini para profesional yang bekerja di bidang keberlanjutan di internal perusahaan ini kemudian melihat secara khusus berbagai strategi yang digunakan untuk mencapai keberlanjutan.

Baca juga: Komitmen Jalankan Nilai Sustainability Hadapi Tantangan, Ini Saran bagi Perusahaan

Laporan juga mencari tahu tentang bagaimana para pemimpin industri tersebut mengatasi berbagai tantangan yang mereka hadapi.

Peningkatan Anggaran

Ada banyak kekhawatiran yang dianggap penting oleh profesional keberlanjutan, di antaranya adalah pemotongan biaya dan jadwal kerja yang padat.

Namun mengutip Edie, Selasa (29/10/2024) kekhawatiran tersebut ternyata tidak terbukti.

Pasalnya, survei justru menemukan sebanyak 90 persen responden menunjukkan bahwa mereka memperkirakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan untuk keberlanjutan malah akan meningkat tahun depan sebesar 5-10 persen.

Ada beberapa faktor pendorong peningkatan anggaran yang diidentifikasi oleh survei.

Baca juga: 79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Berdasarkan peringkat responden survei, lima faktor teratas adalah efisiensi energi, manajemen risiko, permintaan klien dan pelanggan yang terkait dengan keberlanjutan, serta kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan efisiensi proses serta sumber daya.

Sebagian besar peningkatan ini khususnya di Uni Eropa merupakan konsekuensi langsung dari regulasi Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD) Uni Eropa.

Meski terjadi peningkatan anggaran, banyak dari mereka yang disurvei menekankan regulasi CSRD tidak serta merta mengalihkan dana dan waktu dari pekerjaan keberlanjutan yang sebenarnya.

Perusahaan mencatat bahwa regulasi baru tersebut meningkatkan keterlibatan industri, memfokuskan para pemimpin, dan mempercepat investasi di bidang keberlanjutan lainnya.

Pola Pikir

Laporan ini juga menemukan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki pola pikir yang berbeda mengenai pengeluaran keberlanjutan.

Satu kelompok mengelola aktivitas keberlanjutan sebagai sesuatu yang terpisah dari proses intinya, dengan anggaran keberlanjutan yang dialokasikan sebesar 10-20 persen dan perolehan pendapatan terbatas dari produk keberlanjutan.

Manufaktur dan ritel sangat terwakili dalam kelompok tersebut, dengan laporan yang mencatat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sering kali didorong oleh pemikiran reaktif dan permintaan serta kebutuhan jangka pendek.

Baca juga: Tren Pelaporan ESG Ikut Tingkatkan SDM keberlanjutan Bidang Hukum dan Keuangan

Sedangkan kelompok lainnya melihat pengeluaran keberlanjutan sebagai bagian dari bisnis inti yang biasanya memperoleh 40 persen atau lebih pendapatan dari produk, layanan, atau aktivitas berkelanjutan.

Bagi bisnis-bisnis ini, keberlanjutan merupakan syarat untuk pertumbuhan. Sejumlah besar perusahaan TI atau jasa keuangan termasuk dalam kategori ini.

Implikasinya bagi para profesional keberlanjutan jelas bahwa untuk mendorong peningkatan anggaran dan sumber daya untuk keberlanjutan, narasi dan nilai komersial harus diubah dan ditetapkan.

Lebih lanjut, supaya perusahaan memiliki dampak yang lebih berarti pada isu lingkungan, para pemimpin perlu menciptakan budaya perubahan dengan dukungan dari atasan.

"Dalam penelitian kami, kami melihat bahwa perusahaan menggunakan berbagai cara untuk mendorong karyawan agar berpikir tentang keberlanjutan dalam pekerjaan sehari-hari mereka," ungkap Sytze Dijkstra, dari Simply Sustainable di Belanda.

Yang paling umum adalah mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam kebijakan perjalanan, perjalanan pulang pergi, dan deskripsi pekerjaan.

Baca juga: Strategi Astra Dukung Transportasi Bebas Emisi di Indonesia

Hal itu terlihat oleh karyawan dan karenanya merupakan cara yang baik untuk membuat orang menyadari dampak dari aktivitas perusahaan dan pilihan pekerjaan sehari-hari mereka.

“Pada saat yang sama, integrasi keberlanjutan yang berarti ke dalam deskripsi pekerjaan juga mengharuskannya menjadi bagian dari evaluasi kinerja, mungkin dengan kaitan dengan remunerasi,” tambah Dijkstra.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau