KOMPAS.com - Konsentrasi emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer pada 2023 melonjak beberapa kali lipat daripada tingkat praindustri pada abad ke-18.
Pada 2023, konsentrasi karbon dioksida mencapai 151 persen, metana 265 persen, dan nitrogen oksida 125 persen bila dibandingkan masa praindustri.
Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO yang dirilis Senin (28/10/2024).
Baca juga: Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas
Tingginya konsentrasi GRK di atmosfer tersebut dikhawatirkan membuat suhu planet Bumi semakin naik.
Untuk diketahui, peningkatan karbon dioksida pada 2023 saja menjadi kenaikan tahunan terbesar kedua dalam 10 tahun terakhir. Konsentrasi emisi GRK tersebut naik 11,4 persen hanya dalam 20 tahun.
Tahun lalu, dunia menyaksikan berbagai kebakaran hutan besar yang kemungkinan membuat upaya penyerapan karbon oleh alam berkurang.
Kondisi ini diperparah oleh emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia, sebagaimana dilansir Euronews.
Baca juga: Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida
Laporan tersebut mengemuka menjelang KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan bulan depan.
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, kondisi saat ini seharusnya menjadi tanda bahaya besar bagi para pembuat keputusan.
"Kita jelas tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat celsius dan menargetkan 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri," kata Saulo.
Peningkatan emisi dan kenaikan suhu Bumi, ujar Saulo, tidak boleh dianggap remeh. Setiap peningkatan emisi dan suhu memiliki dampak nyata pada kehidupan manusia dan planet Bumi.
Baca juga: Pertamina Sebut Injeksi Karbon Dioksida Mampu Pangkas Emisi 14,6 Juta Ton
Pada Senin, PBB juga menerbitkan laporan terpisah yang mencatat target iklim nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) dari negara-negara saat ini.
Dalam analisisnya, PBB menyimpulkan bahwa target pengurangan emisi GRK saat ini masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global.
Untuk tetap berada dalam target Perjanjian Paris, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau IPCC mengatakan, emisi perlu dikurangi hingga 43 persen pada 2030.
Sedangkan, target iklim saat ini hanya memangkas emisi global hingga 51,5 gigaton karbon dioksida pada akhir dekade ini atau hanya 2,6 persen lebih rendah dari tahun 2019.
Sekretaris Eksekutif UNFCCC Simon Stiell mengatakan, target iklim saat ini masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk menghentikan pemanasan global.
Stiell menambahkan, temuan laporan tersebut harus menandai titik balik sekaligus berfungsi sebagai pengingat yang jelas mengapa COP29 harus dilaksanakan.
Baca juga: Pembasahan Lahan Gambut Signifikan Turunkan Karbon Dioksida
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya