Material substitusi merupakan material yang dapat menggantikan fungsi dari bahan atau material lainnya yang memiliki sifat karakteristik mirip atau memenuhi persyaratan tertentu yang diperlukan dalam suatu aplikasi atau proses.
Contohnya, penggunaan plastik daur ulang di berbagai aplikasi interior, seperti yang dapat dilihat pada coffee shop Kopitagram Centang Biru di Kuningan, Jakarta Selatan.
Inisiatif ini menunjukkan bahwa dengan inovasi dan kreativitas, sampah plastik dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai.
Untuk memahami adanya potensi luar biasa dari material yang dianggap bernilai rendah ini, mari kita lihat beberapa produk lain yang awalnya murah, rendah, atau biasa, tetapi akhirnya menjadi luar biasa melalui inovasi teknologi dan pengembangan. Salah satu contohnya bata dari limbah plastik.
Bata konvensional telah lama menjadi material bangunan yang umum, tetapi proses produksinya memerlukan banyak energi dan bahan baku.
Dengan inovasi, beberapa perusahaan telah mengembangkan bata dari limbah plastik yang diolah.
Awalnya produk ini dianggap sebagai alternatif murah. Namun, seiring waktu, bata dari limbah plastik ini telah terbukti kuat dan tahan lama, bahkan mengungguli bata tradisional dalam berbagai aspek.
Inovasi ini tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga memberikan alternatif bangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Produk ini kini telah diakui secara luas, menunjukkan bagaimana limbah dapat diubah menjadi material yang bernilai ketika diolah dengan cara yang inovatif.
Konversi LVP menjadi material substitusi tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang tidak terkelola, tetapi juga dapat memberikan dampak sosial dan ekonomi yang positif.
Dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam proses pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah plastik, tentu saja hal ini dapat mewujudkan ekonomi sirkuler yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Namun, meskipun terdapat inisiatif menjanjikan, adopsi material substitusi ini di industri konstruksi masih belum masif.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya regulasi dan standar nasional untuk material yang berasal dari plastik daur ulang. Tanpa pedoman jelas, industri akan ragu untuk mengadopsi bahan-bahan ini secara luas.
Kekhawatiran tentang keamanan dan ketahanan material berbasis daur ulang juga perlu diatasi. Misalnya, penggunaan material ini sebagai bagian dari eksterior bangunan yang terpapar cuaca ekstrem dapat menimbulkan pertanyaan mengenai potensi pelepasan zat berbahaya.
Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu segera menyusun standar nasional untuk material substitusi dari pengolahan LVP.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya