Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya 41 Persen Perusahaan Global yang Terbitkan Rencana Transisi Iklim

Kompas.com, 18 November 2024, 18:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG News

KOMPAS.com - Laporan Barometer Aksi Iklim Global 2024 dari Ernst & Young menyebut meski pengungkapan iklim telah meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir, tindakan perusahaan untuk memerangi krisis iklim masih kurang.

Hal ini terlihat dari laporan yang menunjukkan walaupun 94 persen perusahaan besar mengungkapkan informasi terkait iklim, hanya 41 persen yang mengembangkan rencana transisi iklim secara terperinci yang dipublikasikan.

Temuan itu pun menyoroti adanya kesenjangan yang mengkhawatirkan dalam aksi iklim.

Perubahan iklim adalah ancaman eksistensial terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Namun pengungkapan iklim dari perusahaan terbesar di dunia belum mencerminkan transisi yang terkait dengan perubahan iklim," ungkap Dr. Matthew Bell, Pemimpin Layanan Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Global EY.

Baca juga:

"Banyak pula yang tidak mengomunikasikan rencana untuk beralih ke ekonomi nol-bersih, dengan proyeksi pengeluaran modal dan operasional (capex dan opex) yang masih belum ada. Pelajaran yang tak terelakkan dari kelalaian ini adalah bahwa sebagian besar perusahaan masih sangat tidak siap menghadapi masalah perubahan iklim yang sedang kita hadapi," papar Christophe Lumsden, Pemimpin Iklim dan Dekarbonisasi Global EY.

Seperti dikutip dari ESG News, Senin (18/11/2024), yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah banyak perusahaan yang enggan untuk menetapkan target emisi gas rumah kaca (GRK) jangka panjang.

Hanya 51 persen perusahaan yang memiliki tujuan tersebut yang berlaku hingga setelah 2030, menunjukkan kurangnya komitmen terhadap aksi iklim yang berkelanjutan.

Selain itu, hanya 24 persen perusahaan yang disurvei yang targetnya telah divalidasi oleh inisiatif Science Based Targets (SBTi), yang menetapkan jadwal khusus untuk dekarbonisasi yang selaras dengan Perjanjian Paris 2015.

Laporan ini mencatat pula meski 67 persen bisnis melakukan analisis skenario terkait iklim, hanya 36 persen yang memasukkan risiko terkait iklim dalam laporan keuangan mereka.

Keengganan ini mungkin disebabkan oleh cakrawala perencanaan yang berbeda. Banyak perusahaan merencanakan keuangan untuk jangka pendek sementara risik iklim dapat terjadi selama beberapa dekade.

Lebih lanjut, sektor-sektor seperti energi, asuransi dan pertambangan menunjukkan peningkatan pengungkapan iklim, dengan sektor energi mencapai skor tertinggi 59 persen.

Baca juga:

Sayangnya, sektor-sektor tersebut masih belum mampu mengadopsi rencana transisi yang komprehensif, dengan hanya 43 persen perusahaan energi dan 36 persen perusahaan asuransi yang telah mengembangkan rencana tersebut.

Laporan EY pun memberikan beberapa saran tindakan untuk mempercepat transisi keberlanjutan.

Di antaranya adalah mengintegrasikan perencanaan transisi ke dalam strategi bisnis dengan fokus pada target berbasis sains ntuk emisi Cakupan 1, 2, dan 3.

Selain itu menggabungkan risiko iklim dalam laporan keuangan untuk menunjukkan transparansi dan pandangan ke depan serta menggunakan data yang kuat untuk mendorong keputusan strategis dan mengantisipasi tantangan iklim.

Akhirnya, laporan menyimpulkan meski cakupan pengungkapan telah ditingkatkan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Perusahaan harus meningkatkan rencana aksi iklim mereka dan mengadopsi pendekatan yang strategis dan transparan untuk memenuhi urgensi yang dibutuhkan oleh krisis iklim dan tujuan Perjanjian Paris.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau