KOMPAS.com - Laporan terbaru Accenture berjudul “Destination Net Zero” mengungkapkan bahwa hanya 16 persen perusahaan terbesar di dunia yang diproyeksikan akan memenuhi tujuan net zero mereka pada 2050.
Sementara itu, lebih dari setengah (52 persen) telah berhasil mengurangi emisi dan intensitas karbon sejak Perjanjian Paris 2016.
Sedangkan sisanya sebanyak 45 persen mengalami peningkatan emisi yang menunjukkan adanya tantangan substansial di masa mendatang.
Mengutip ESG News, Kamis (14/11/2024) analisis berdasarkan data emisi S&P Global Trucost 2024 ini juga mencatat beberapa temuan penting lainnya.
Beberapa di antaranya adalah sebanyak 55 persen perusahaan G2000 telah mengurangi emisi operasional mereka (Cakupan 1 dan 2) sejak 2016. Angka itu naik 3 persen sejak 2023.
Baca juga: Sebagian Besar Perusahaan Tak Punya Rencana Kurangi Emisi dari Perjalanan Bisnis
Lalu sebanyak 77 persen perusahaan telah menurunkan intensitas emisi, meningkat 2 persen dari 2023.
Sedangkan 30 persen perusahaan telah menerapkan 15 atau lebih strategi dekarbonisasi (decarbonization lever) yang menjadi patokan penting dalam perjalanan menuju emisi nol bersih.
“Mayoritas perusahaan terbesar di dunia sekarang memangkas emisi mereka bahkan ketika ukuran operasi dan pendapatan mereka tumbuh," kata Stephanie Jamison, pemimpin layanan keberlanjutan global di Accenture.
"Meskipun ini merupakan tonggak penting, untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2050, kita semua perlu bergerak lebih cepat bersama-sama," katanya lagi.
Analisis tersebut juga mengungkap perbedaan regional dan industri yang penting.
Sebanyak 64 persen perusahaan Eropa memiliki target Cakupan 1-3 yang lengkap, dibandingkan dengan 26 persen di Amerika Utara.
Sektor perbankan memimpin dengan 54 persen dengan memiliki target Cakupan 1-3 yang lengkap, sementara sektor perawatan kesehatan tertinggal di angka 20 persen.
Perusahaan komunikasi dan media, rata-rata, menggunakan 3,7 strategi dekarbonisasi sementara berbeda dengan sektor kesehatan yang hanya menggunakan 6,3.
Baca juga: Studi: Ada Penumpang Jet Pribadi Hasilkan Emisi 500 Kali Lebih Banyak
Lebih lanjut laporan juga menyebut kurangnya pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam upaya iklim.
Saat ini hanya 14 persen perusahaan yang memanfaatkan AI untuk mengurangi emisi.
Namun, analisis Accenture sendiri memprediksi emisi terkait AI dapat meningkat dari 68 juta ton CO2 pada tahun 2023 menjadi 718 juta ton CO2 pada tahun 2030 tanpa kemajuan teknologi yang besar.
Terlepas dari proyeksi ini, para pemimpin tetap optimis di mana 42 persen perusahaan mengharapkan AI mampu menurunkan emisi dalam jangka pendek.
“Oleh karena itu, sangat menggembirakan melihat bisnis mengambil langkah awal dalam menetapkan target nol emisi karbon yang ambisius dan menggunakan teknologi baru seperti AI untuk mengurangi emisi karbon,” ungkap kata Mauro Macchi, CEO Accenture, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya