Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani yang Berwawasan Bantu Cegah "Food Loss"

Kompas.com, 18 November 2024, 15:24 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi dari Universitas McGill, Kanada mengungkapkan petani dan pengolah pangan yang memiliki wawasan serta pendidikan yang lebih baik dapat membantu mencegah terjadinya food loss pasca panen.

Kerugian akibat food loss ini diperkirakan jumlahnya mencapai sepertiga dari produksi pangan global yang nilainya 1 triliun dollar AS per tahun.

Menurut peneliti, dengan mencegah food loss artinya akan mengurangi kerawanan pangan global pula.

Sebagai informasi, food loss adalah makanan yang hilang atau terbuang selama proses produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi sebelum sampai ke tahap konsumsi.

Baca juga:

"Kita dapat mengurangi kerawanan pangan global secara signifikan dengan mengurangi food loss melalui praktik penyimpanan, transportasi, dan pemrosesan yang lebih baik," kata Vijaya Raghavan, salah satu penulis studi ini.

Mengutip Phys, Senin (18/11/2024) peneliti juga menyampaikan negara-negara berpenghasilan rendah berisiko lebih tinggi mengalami food loss pasca panen karena kurangnya teknologi, sumber daya keuangan, pendidikan, dan infrastruktur.

Dalam studinya, tim peneliti bekerja sama dengan beberapa lembaga pertanian di India untuk menjalankan proyek yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan di India Selatan.

Tim peneliti memberikan pelatihan dan teknologi pasca-panen dan pengolahan makanan kepada masyarakat pedesaan.

Hasilnya, peneliti menemukan food loss dapat berkurang dengan melatih petani dan masyarakat lokal.

Selain itu juga pembangunan pedesaan diperkuat melalui teknologi pasca panen dan inkubator bisnis yang lebih baik.

Dampak lain pun terlihat seperti menciptakan lapangan kerja serta memberdayakan perempuan di pedesaan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB sendiri memperkirakan sekitar 14 persen dari produksi pangan global hilang atau terbuang setiap tahun yang terjadi antara panen dan pasar ritel.

Sementara 17 persen terjadi antara pasar ritel dan konsumen. Hal tersebut mengakibatkan hilang atau terbuangnya pangan sekitar 31 persen.

Baca juga:

Produksi pangan diperkirakan akan meningkat sebesar 70 persen untuk memenuhi permintaan populasi dunia yang diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar pada tahun 2050.

Tetapi para peneliti menekankan bahwa food loss pasca panen juga harus dikurangi dan praktik keberlanjutan ditingkatkan untuk mengamankan pasokan pangan global.

Peneliti pun menyoroti pentingnya pendidikan dan wawasan tentang keberlanjutan lingkungan sebagai salah satu solusi problem food loss.

"Pendidikan adalah alat penting untuk memberdayakan generasi mendatang untuk mengatasi masalah-masalah kritis ini," kata Raghavan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau