Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separuh Ladang Penggembalaan Dunia Rusak karena Eksploitasi Berlebih

Kompas.com - 26/11/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari separuh ladang penggembalaan hewan ternak di lebih dari 40 negara dunia mengalami kerusakan karena dieksploitasi secara berlebihan.

Ladang penggembalaan tersebut mencakup padang sabana, lahan basah, hingga padang rumput.

Kondisi ini membuat suplai bahan pangan dan mata pencaharian penduduk sekitar menghadapi bencana besar.

Baca juga: Eksploitasi Alam Sebabkan Batas-batas Planetary Boundaries Terlampaui

Temuan tersebut mengemuka dari laporan terbaru badan PBB yang menangani perlawanan desertifikasi, United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD).

UNCCD menyebutkan, seperenam persediaan pangan dunia menjadi terancam karena kerusakan ladang penggembalaan dunia, sebagaimana dilansir Reuters, 21 Mei.

Eksploitasi berlebihan yang dilakukan peternak juga tak lepas dari meningkatnya kebutuhan pangan karena dorongan pertumbuhan populasi dan urbanisasi.

Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, peternak memelihara hewan ternak lebih banyak daripada yang dapat ditampung oleh ladang.

Baca juga: Pemerintahan Baru Didorong Prioritaskan Pembangunan Teknologi, Bukan Eksploitasi Alam

Situasi tersebut juga berkontribusi terhadap konversi padang rumput alami menjadi lahan peternakan yang insentif.

Kondisi itu menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan memperburuk kekeringan.

Barron Joseph Orr dari UNCCD mengatakan, rusaknya ladang penggembalaan juga menjadi alarm serius terhadap perlawanan perubahan iklim.

Sebab ladang penggembalaan menyumbang sepertiga dari kapasitas penyimpanan karbon dunia. 

Baca juga: Cegah Eksploitasi Anak Jadi Pekerja, RUU Pelindungan PRT Harus Disahkan

"Emisi memang merupakan masalah besar, tetapi di mana kita ingin menempatkan karbon - di mana karbon itu seharusnya berada secara alami? Di tanah dan vegetasi kita, dan jika Anda terus merusaknya, Anda merusak solusi Anda," kata Orr.

Ladang penggembalaan mencakup sekitar 54 persen dari total lahan di dunia dan menjadi tempat tinggal bagi dua miliar petani, penggembala, dan peternak.

Asia Tengah, China, dan Mongolia menjadi wilayah paling terdampak. Di sana, industrialisasi pertanian menggusur komunitas penggembala tradisional dan memberikan lebih banyak tekanan pada sumber daya.

Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan juga mengalami degradasi yang meluas.

Baca juga: Eksploitasi Air Tanah: Tantangan dan Peluang Jakarta

Orr mengatakan, pemerintah perlu mengambil pendekatan yang lebih terpadu untuk melindungi ladang penggembalaan daripada berfokus pada proyek restorasi individual.

Dia juga mengatakan, praktik penggembalaan tradisional justru dapat memulihkan lahan penggembalaan.

"Secara umum, cara yang dilakukan di masa lalu, secara tradisional, dapat sangat membantu solusi yang ingin kita capai saat ini," jelasnya.

"Mereka bekerja untuk waktu yang sangat lama dan mereka dapat bekerja lagi, jika situasinya tepat," sambungnya.

Baca juga: Separuh Ladang Rumput di Dunia Rusak akibat Over Eksploitasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Penggunaan Amonia untuk Bahan Bakar Hijau Kapal Hadapi Tantangan

Penggunaan Amonia untuk Bahan Bakar Hijau Kapal Hadapi Tantangan

Pemerintah
Komisi UE Perkirakan Investasi Obligasi Hijau Bisa Kurangi Emisi 55 Juta Ton Per Tahun

Komisi UE Perkirakan Investasi Obligasi Hijau Bisa Kurangi Emisi 55 Juta Ton Per Tahun

Pemerintah
Program Nusantara Peduli Stunting di Makassar Terus Berlanjut, Beri Dampak yang Lebih Luas

Program Nusantara Peduli Stunting di Makassar Terus Berlanjut, Beri Dampak yang Lebih Luas

Swasta
Lewat Program APGreen, APG Lestarikan Lingkungan Pulau Pramuka dengan Aksi Kolektif

Lewat Program APGreen, APG Lestarikan Lingkungan Pulau Pramuka dengan Aksi Kolektif

Swasta
Dorong Peran Aktif Generasi Muda dalam Ketahanan Pangan Nasional, Pupuk Kaltim Sukses Gelar PKT-GAMA BCC 2024

Dorong Peran Aktif Generasi Muda dalam Ketahanan Pangan Nasional, Pupuk Kaltim Sukses Gelar PKT-GAMA BCC 2024

BUMN
Kura-kura Rote Makin Terancam Punah, Apa Penyebabnya?

Kura-kura Rote Makin Terancam Punah, Apa Penyebabnya?

Pemerintah
Peta Bencana Diluncurkan untuk Bantu Nelayan Tradisional

Peta Bencana Diluncurkan untuk Bantu Nelayan Tradisional

LSM/Figur
Separuh Ladang Penggembalaan Dunia Rusak karena Eksploitasi Berlebih

Separuh Ladang Penggembalaan Dunia Rusak karena Eksploitasi Berlebih

LSM/Figur
Ekonom: Negara Berkembang Butuh Pendanaan Iklim yang Tak Bebani Ekonomi

Ekonom: Negara Berkembang Butuh Pendanaan Iklim yang Tak Bebani Ekonomi

LSM/Figur
Pentingnya Pengakuan Hak Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Hutan

Pentingnya Pengakuan Hak Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Hutan

Pemerintah
Pendanaan Iklim COP29 Dapat Digunakan untuk Pensiunkan PLTU

Pendanaan Iklim COP29 Dapat Digunakan untuk Pensiunkan PLTU

Pemerintah
Tak Ada Negara Kebal Kekeringan, Perlu Antisipasi hingga Adaptasi

Tak Ada Negara Kebal Kekeringan, Perlu Antisipasi hingga Adaptasi

LSM/Figur
Kompas.com Gelar FGD Bersama Pelaku Industri soal Hilirisasi Nikel

Kompas.com Gelar FGD Bersama Pelaku Industri soal Hilirisasi Nikel

Swasta
BRIN Manfaatkan Citra Satelit Petakan Daerah Kumuh Perkotaan

BRIN Manfaatkan Citra Satelit Petakan Daerah Kumuh Perkotaan

Pemerintah
Bukan Merugikan, Konservasi Justru Tingkatkan Ekonomi Daerah

Bukan Merugikan, Konservasi Justru Tingkatkan Ekonomi Daerah

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau