KOMPAS.com - Lebih dari separuh ladang penggembalaan hewan ternak di lebih dari 40 negara dunia mengalami kerusakan karena dieksploitasi secara berlebihan.
Ladang penggembalaan tersebut mencakup padang sabana, lahan basah, hingga padang rumput.
Kondisi ini membuat suplai bahan pangan dan mata pencaharian penduduk sekitar menghadapi bencana besar.
Baca juga: Eksploitasi Alam Sebabkan Batas-batas Planetary Boundaries Terlampaui
Temuan tersebut mengemuka dari laporan terbaru badan PBB yang menangani perlawanan desertifikasi, United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD).
UNCCD menyebutkan, seperenam persediaan pangan dunia menjadi terancam karena kerusakan ladang penggembalaan dunia, sebagaimana dilansir Reuters, 21 Mei.
Eksploitasi berlebihan yang dilakukan peternak juga tak lepas dari meningkatnya kebutuhan pangan karena dorongan pertumbuhan populasi dan urbanisasi.
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, peternak memelihara hewan ternak lebih banyak daripada yang dapat ditampung oleh ladang.
Baca juga: Pemerintahan Baru Didorong Prioritaskan Pembangunan Teknologi, Bukan Eksploitasi Alam
Situasi tersebut juga berkontribusi terhadap konversi padang rumput alami menjadi lahan peternakan yang insentif.
Kondisi itu menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan memperburuk kekeringan.
Barron Joseph Orr dari UNCCD mengatakan, rusaknya ladang penggembalaan juga menjadi alarm serius terhadap perlawanan perubahan iklim.
Sebab ladang penggembalaan menyumbang sepertiga dari kapasitas penyimpanan karbon dunia.
Baca juga: Cegah Eksploitasi Anak Jadi Pekerja, RUU Pelindungan PRT Harus Disahkan
"Emisi memang merupakan masalah besar, tetapi di mana kita ingin menempatkan karbon - di mana karbon itu seharusnya berada secara alami? Di tanah dan vegetasi kita, dan jika Anda terus merusaknya, Anda merusak solusi Anda," kata Orr.
Ladang penggembalaan mencakup sekitar 54 persen dari total lahan di dunia dan menjadi tempat tinggal bagi dua miliar petani, penggembala, dan peternak.
Asia Tengah, China, dan Mongolia menjadi wilayah paling terdampak. Di sana, industrialisasi pertanian menggusur komunitas penggembala tradisional dan memberikan lebih banyak tekanan pada sumber daya.
Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan juga mengalami degradasi yang meluas.
Baca juga: Eksploitasi Air Tanah: Tantangan dan Peluang Jakarta
Orr mengatakan, pemerintah perlu mengambil pendekatan yang lebih terpadu untuk melindungi ladang penggembalaan daripada berfokus pada proyek restorasi individual.
Dia juga mengatakan, praktik penggembalaan tradisional justru dapat memulihkan lahan penggembalaan.
"Secara umum, cara yang dilakukan di masa lalu, secara tradisional, dapat sangat membantu solusi yang ingin kita capai saat ini," jelasnya.
"Mereka bekerja untuk waktu yang sangat lama dan mereka dapat bekerja lagi, jika situasinya tepat," sambungnya.
Baca juga: Separuh Ladang Rumput di Dunia Rusak akibat Over Eksploitasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya