KOMPAS.com - Separuh ladang rumput untuk penggembalaan alami di dunia terdegradasi akibat eksploitasi berlebihan dan dampak perubahan iklim.
Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UNCCD), sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (21/5/2024).
UNCCD memperingatkan, seperenam pasokan pangan dunia terancam akibat rusaknya ladang rumput di dunia.
Baca juga: Industri Baterai dan Kendaraan Listrik Tak Sesuai Eksploitasi Nikel
Pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan meningkatnya permintaan pangan telah mendorong para penggembala untuk memelihara lebih banyak hewan ternak daripada yang dapat didukung oleh ladang rumput.
Faktor-faktor tersebut juga mendorong konversi padang rumput alami menjadi lahan pertanian intensif, yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan memperburuk kekeringan.
Barron Joseph Orr, kepala ilmuwan UNCCD, mengatakan meskipun situasinya suram, muncul pengakuan yang semakin besar bahwa restorasi lahan rumput adalah bagian dari solusi terhadap perubahan iklim.
Pasalnya, ladang rumput menyumbang sepertiga dari kapasitas penyimpanan karbon dunia.
Baca juga: Eksploitasi Berkedok Investasi di Pulau Kecil Kepri Harus Dihentikan
"Emisi memang merupakan masalah besar, tapi di mana kita ingin menempatkan karbon secara alami? Di tanah dan vegetasi kita. Dan jika Anda terus merusaknya, Anda melemahkan solusi yang Anda buat," ujar Joseph Orr.
Padang rumput mencaput 54 persen dari total lahan dunia dan mendukung dua miliar petani, penggembala, dan peternak, menurut laporan UNCCD.
Perkiraan degradasi sebelumnya adalah 25 persen. Namun, UNCCD mengatakan mereka terlalu meremehkan jumlah kerusakan yang terjadi
Angka baru yakni kerusakan di separuh ladang rumput dunia didasarkan pada survei para ahli di lebih dari 40 negara.
Kawasan Asia Tengah, China, dan Mongolia menjadi wilayah yang paling terkena dampaknya.
Baca juga: Eksploitasi Alam yang Sebabkan Kerusakan Langgar Nilai Keimanan
Faktor industrialisasi pertanian yang menggusur komunitas penggembala tradisional memberikan tekanan lebih besar pada ladang rumput.
Kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan juga mengalami degradasi yang luas, katanya.
Joseph Orr mengatakan, pemerintah perlu mengambil pendekatan yang lebih terpadu dalam melindungi ladang rumput dibandingkan berfokus pada proyek restorasi individual.
Dia menambahkan, praktik penggembalaan hewan ternak secara tradisional dapat membantu memulihkan ladang rumput.
"Secara umum, cara-cara yang dilakukan di masa lalu, secara tradisional, dapat memberikan kontribusi besar terhadap solusi yang ingin kita capai saat ini," ucapnya.
Baca juga: Ribuan Mahasiswa Jadi Korban Eksploitasi Kerja Berkedok Magang, Kampus Bisa Terseret
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya