KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa kura-kura rote (Chelodina mccordi) menghadapi ancaman kepunahan serius.
Kura-kura rote merupakan satu dari 25 spesies kura-kura yang terancam punah di dunia. Hal ini terjadi karena habitat alami yang hampir hilang, populasinya sedikit, dan belum ada manajemen pengelolaan spesies.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Kayat menyebutkan, upaya penangkaran sesungguhnya telah berlangsung sejak 2009 dengan melibatkan masyarakat. Pelibatan masyarakat dari konservasi, kata dia, dapat membentuk peluang ekonomi masyarakat.
Baca juga:
“Kami mengupayakan restorasi vegetasi di sekitar danau untuk menjaga kelestarian habitat. Selain itu, masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan dan pengawasan habitat kura-kura,” ujar Kayat dalam keterangan tertulis, Selasa (26/11/2024).
Dia menjelaskan, induk kura-kura dapat bertelur tiga-enam kali per tahun. Akan tetapi, tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 50 persen karena berbagai faktor salah satunya serangan penyakit.
“Spesies ini memiliki potensi reproduksi tinggi dengan jumlah telur mencapai lima hingga 20 butir sekali bertelur, serta memiliki daya tetas telur mencapai 100 persen. Ini jauh lebih banyak dibandingkan kura-kura spesies lain,” ucap Kayat.
Penelitian menunjukkan, kura-kura yang dilepasliarkan pada usia empat tahun memiliki peluang bertahan lebih besar dibandingkan yang dilepas pada usia lebih muda.
"Hal ini menjadi pedoman dalam program reintroduksi kura-kura ke habitat aslinya,” tutur dia.
Kayat menyampaikan, kura-kura rote teridentifikasi sebagai spesies baru pada 1994. Pada periode 1970-1990 populasi hewan ini masih melimpah. Seiring berjalannya waktu, spesies ini makin terancam punah lantaran perburuan liar dan perusakan habitat.
“Pada 2005, penjualan kura-kura rote terakhir kali tercatat. Dan sejak itu spesies ini dinyatakan punah secara de facto di alam liar,” sebut dia.
Meski demikian, pemerintah baru memberikan perlindungan resmi pada 2018 melalui Permen LHK No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Baca juga:
Kayat berujar, habitat asli kura-kura rote di persawahan dan danau kini terus menyusut. Dari 33 lokasi habitat historis, hanya tiga danau yang masih layak dihuni antara lain Danau Ledulu, Danau Lendeoen, dan Danau Peto.
Aktivitas pertanian intensif, penggunaan pestisida, dan perubahan fungsi lahan menjadi penyebab utama degradasi habitat.
Ancaman lainnya berasal dari predator yakni babi hutan dan ikan gabus yang memangsa telur serta anak kura-kura. Selain itu, masuknya spesies invasif dan limbah beracun di sekitar habitat memperparah kondisi konservasi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya