Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Pertanian Sebabkan Dampak Negatif bagi Keanekaragaman Hayati

Kompas.com, 20 Desember 2024, 16:56 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Universitas Teknik Munich (TUM), Jerman dan ETH Zurich, Swiss menyatakan bahwa mengekspor produk pertanian dari wilayah tropis ke China, AS, Timur Tengah, dan Eropa menimbulkan lebih banyak dampak negatif bagi keanekaragaman hayati daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Kesimpulan ini didapat setelah peneliti melacak bagaimana ekspor pertanian dari tahun 1995 hingga 2022 telah memengaruhi perubahan penggunaan lahan di negara-negara produsen.

Dikutip dari Phys, Jumat (20/12/2024) sudah lama diketahui bahwa penggunaan lahan intensif di wilayah tropis berdampak pada keanekaragaman hayati lokal, tetapi peran perdagangan telah diremehkan.

Namun studi yang dimuat di Nature Sustainability ini kini menunjukkan perdagangan internasional telah menyebabkan lebih dari 90 persen kerugian yang terjadi antara tahun 1995 dan 2022 akibat alih fungsi lahan alami menjadi lahan pertanian.

Baca juga:

Dalam studinya, tim menggunakan data yang menguraikan ekonomi global menjadi sektor, wilayah, dan dampak ekologis.

Peneliti juga menggunakan data satelit untuk mempertimbangkan seluruh pengembangan suatu wilayah, termasuk setelah pertanian berhenti.

Sementara model lama tidak memperhitungkan area terlantar tersebut.

Hilangnya spesies secara permanen dan waktu yang dibutuhkan ekosistem untuk pulih tidak tercermin pula dalam model sebelumnya.

Lebih lanjut, penelitian baru kemudian memetakan arus perdagangan dan bagaimana arus tersebut memengaruhi penggunaan lahan di berbagai wilayah.

Lebih dari 80 persen perubahan penggunaan lahan di Amerika Latin, Karibia, Afrika, Asia Tenggara, dan wilayah Pasifik selama periode penelitian disebabkan oleh peningkatan ekspor pertanian.

Negara-negara pengimpor utama barang-barang ini adalah China (26 persen), AS (1 persen), Timur Tengah (13 persen), dan Eropa (8 persen).

Keuntungan Negara Pengimpor

Bagi banyak negara pengimpor, pengalihdayaan pertanian memiliki keuntungan nyata yaitu dampak negatif pada keanekaragaman hayati domestik menurun karena lebih sedikit lahan yang digunakan untuk pertanian.

Selain itu ada juga peningkatan dalam tindakan konservasi dan pemulihan. Hal ini berlaku untuk negara-negara seperti Spanyol, Italia, Yunani, dan AS.

Baca juga:

Pada saat yang sama, meskipun hilangnya keanekaragaman hayati akibat konsumsi domestik telah menurun di Brasil dan Meksiko, kerugian secara keseluruhan telah meningkat karena meningkatnya ekspor pertanian.

"Ini adalah temuan yang mengkhawatirkan, karena ancaman terhadap keanekaragaman hayati global per meter persegi di wilayah tropis seratus kali lebih tinggi daripada di negara-negara pengimpor," kata Livia Cabernard, Profesor Penilaian Keberlanjutan Sistem Pangan dan Pertanian di TUM.

Hilangnya spesies yang disebabkan dengan cara ini telah diremehkan sebagai suatu masalah.

"Keterkaitan antara perdagangan global dan hilangnya keanekaragaman hayati sangat kompleks tetapi sangat penting. Kita perlu memikirkan dampak lingkungan dalam skala global dan menggabungkan berbagai langkah untuk mengembangkan pengungkit yang efektif," paparnya lagi.

Selain itu, mendukung pertanian domestik di negara-negara seperti Jerman dan Swiss, memastikan rantai pasokan yang transparan, dan penetapan harga yang mencerminkan kerusakan ekologis akan menjadi langkah-langkah penting untuk menghindari hilangnya spesies di daerah-daerah rawan tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau