Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelar Edukasi dan Bagikan Bibit Tanaman Produktif, Begini Wujud Komitmen PGN dalam Menjaga Ketahanan Pangan dan Lingkungan di Gunungpati Semarang

Kompas.com - 27/12/2024, 11:04 WIB
Aningtias Jatmika,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pertanian urban atau urban farming menjadi solusi multifungsi yang kian relevan untuk mengatasi berbagai tantangan lingkungan dan sosial.

Sebagai informasi, urban farming merupakan kegiatan bercocok tanam atau beternak di perkotaan atau area padat penduduk. Dalam arti luas, urban farming mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Lebih dari itu, urban farming juga dapat menjadi strategi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Di Desa Nglarang, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, misalnya, urban farming menjadi jawaban untuk isu alih fungsi lahan yang terjadi di kawasan konservasi tersebut.

Kecamatan Gunungpati yang terletak di Semarang bagian atas sejatinya berperan strategis sebagai kawasan konservasi dan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang 2010-2030.

Namun, masifnya pembangunan perumahan di wilayah itu telah menggerus lahan konservasi, bahkan mengancam fungsi ekologis tanah sebagai daerah resapan air.

Pelaksana Tugas (Plt) Camat Gunungpati Al Frida Very Sanavel menjelaskan, urban farming menjadi upaya penting untuk mengatasi tantangan itu. Pemerintah Kecamatan Gunungpati memang secara konsisten berupaya menyeimbangkan isu tersebut dengan menggalakkan penanaman lebih banyak pohon di wilayah tersebut.

Hal itu dia sampaikan saat memberi sambutan pada acara bertajuk “Urban Farming: Talkshow Edukasi dan Pembagian Bibit Tanaman” di Desa Nglarang, Jumat (20/12/2024). Gelaran ini merupakan inisiasi dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan National Geographic Indonesia.

“Jika semua (lahan) tertutup dengan semen, air akan lari ke pusat kota sehingga menyebabkan banjir. Resapan air pun berkurang,” ujar Very sebagaimana diberitakan National Geographic, Senin (23/12/2024).

Jaga ketahanan pangan

Selain menjaga kelestarian tanah dan air, urban farming juga merupakan salah satu solusi dalam menjaga ketahanan pangan. Terlebih, pengembangan urban farming di wilayah ini difokuskan pada tanaman produktif, seperti durian, rambutan, jeruk baby, alpukat, kelengkeng, dan salam.

"Isu pangan merupakan isu yang sangat penting dalam suatu negara. Sebab, pangan adalah kebutuhan yang sangat penting," tegas Very.

Baca juga: PGN Dorong Swasembada Pangan lewat Budi Daya Padi Biosalin di Lahan Abrasif

Hal senada disampaikan Penyuluh Kehutanan Mahir Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Mohamad Djudi.

Ketahanan pangan bisa terjaga. Apalagi, tanaman produktif tersebut bisa ditanam di sekitar rumah sehingga bisa langsung dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Djudi.

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan National Geographic Indonesia menggelar program bertajuk Urban Farming: Talkshow Edukasi dan Pembagian Bibit Tanaman di Desa Nglarang, Semarang, Jumat (20/12/2024). PGN PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan National Geographic Indonesia menggelar program bertajuk Urban Farming: Talkshow Edukasi dan Pembagian Bibit Tanaman di Desa Nglarang, Semarang, Jumat (20/12/2024).

Pada kesempatan itu, Djudi juga mengedukasi masyarakat Desa Nglaran mengenai praktik penanaman alpukat, termasuk dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk organik dan sumur resapan.

“Pupuk organik dari kotoran kambing, misalnya, punya tingkat keasaman yang cenderung stabil sehingga bisa mengoptimalkan pertumbuhan tanaman,” tambahnya.

Peran penting sumur resapan juga disampaikan Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah 3 Provinsi Jawa Tengah Puji Harini. Menurutnya, sumur resapan dapat memastikan kecukupan air bagi tanaman.

“Kecukupan air, pupuk, dan sinar matahari dapat memaksimalkan hasil produksi. Dengan bantuan sumur resapan, tanaman alpukat siap petik hanya dalam waktu 1,5 tahun,” ujar perempuan yang karib disapa Rini itu.

Sumur resapan, lanjutnya, juga akan menjadi juru selamat kala musim kemarau tiba. Tak hanya untuk pertanian, air dari sumur resapan juga telah berhasil dimanfaatkan warga untuk mendorong hasil peternakan di Dusun Banyudono, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Rini memaparkan, ketersediaan air lewat sumur resapan berkontribusi besar terhadap produksi susu sapi yang mencapai 2.500 liter per hari.

Baca juga: PGN Dorong Konservasi Lingkungan di Gunungpati melalui Urban Farming

Dia pun menegaskan bahwa penanaman tanaman produktif dapat membantu mitigasi perubahan iklim, menjaga ketersediaan air tanah, dan mengurangi polusi.

"Tanaman buah itu, buahnya (dapat dimanfaatkan) untuk ketahanan pangan, sedangkan akarnya di dalam tanah untuk (menjaga) ketahanan air. Hasil urban farming minimal bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di keluarga,” ujarnya.

Praktik urban farming di kawasan Gunungpati yang berada di daerah hulu juga mendukung pengendalian banjir di pusat kotaPGN Praktik urban farming di kawasan Gunungpati yang berada di daerah hulu juga mendukung pengendalian banjir di pusat kota

Praktik urban farming di kawasan Gunungpati yang berada di daerah hulu juga mendukung pengendalian banjir di pusat kota.

Menurut Rini, jika daerah hulu tidak dikelola dengan baik, air hujan akan langsung mengalir ke hilir tanpa diserap tanah.

Kolaborasi antarpihak

Program urban farming di Desa Nglarang menjadi contoh nyata bahwa upaya sederhana, seperti pembagian dan penanaman bibit tanaman, dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat.

Keberhasilan program urban farming di Desa Nglarang juga tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan perusahaan swasta, seperti PGN.

“Daerah hulu, tengah, dan hilir harus ditangani bersama-sama. Ini harus ada kolaborasi yang baik," ucap Djudi.

Pada kesempatan tersebut, PGN juga membagikan 500 bibit tanaman kepada warga Desa Nglarang.

Division Head Corporate Social Responsibility (CSR) PT PGN Tbk Krisdyan Widagdo Adhi mengatakan, langkah itu bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus memperkuat peran kawasan tersebut sebagai lahan konservasi.

“Terima kasih untuk warga karena sudah berkolaborasi dengan PGN secara merata. Untuk itu, kami dapat melakukan urban farming ini. Kami dengan masyarakat bersama-sama menghijaukan lingkungan, tempat di mana mereka tinggal,” ujar Krisdyan dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (21/12/2024).

Dia menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari komitmen PGN terhadap keberlanjutan lingkungan.

Kegiatan urban farming di Desa Nglarang, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang merupakan bagian dari komitmen PGN terhadap keberlanjutan lingkungan.PGN Kegiatan urban farming di Desa Nglarang, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang merupakan bagian dari komitmen PGN terhadap keberlanjutan lingkungan.

Sebelumnya, PGN telah melaksanakan program penanaman mangrove di kawasan utara Kota Semarang untuk mengatasi abrasi yang terus terjadi.

“Kami punya komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebelumnya, kami telah menanam mangrove di utara Kota Semarang. Tanaman ini dapat memperlambat abrasi yang telah terjadi cukup lama," jelasnya.

Baca juga: Punya Peran Vital, PGN Tanam Ribuan Mangrove di Mangkang Wetan Semarang

Menurut Krisdyan, pembagian bibit tanaman produktif, seperti rambutan, durian, mangga, salam, dan jeruk, memiliki manfaat yang lebih dari sekadar penghijauan. Tanaman tersebut tak hanya sekadar ditanam semata, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi.

Ia berharap, urban farming di Kampung Nglarang dapat menjadi contoh untuk wilayah lain di Semarang, terutama di kawasan perkotaan yang masih memiliki persoalan lingkungan.

“Tanaman ini diharapkan dapat mengurangi polusi dan menjaga debit air,” tuturnya.

Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim bahkan mengusulkan agar Desa Nglarang dapat dijadikan "kampung wisata bibit" atau "kampung edukasi urban farming.”

“Dengan branding ini, kampung dapat menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan ekowisata dan eduwisata, sekaligus menginspirasi daerah lain untuk mengadopsi praktik serupa,” ujar Didi.

Mewakili pemerintah setempat, Very pun menyambut positif kolaborasi tersebut. Menurutnya, kegiatan ini sejalan dengan Peraturan Daerah (Perda) RTRW Kota Semarang yang menetapkan Gunungpati sebagai kawasan konservasi.

“Semoga bibit yang ditanam dapat hidup dan memberi berbagai manfaat, termasuk mendukung Perda RTRW, serta meningkatkan resapan air di wilayah Gunungpati,” imbuh Very.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau