Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengetahuan Publik Tentukan Keberhasilan Carbon, Capture, and Storage

Kompas.com - 27/12/2024, 18:22 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi yang dipublikasikan oleh Kim Jiwon dan rekannya dari Tecnical University of Denmark di Nature menemukan bahwa dukungan publik terhadap teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan mereka.

Hal ini akhirnya dapat memengaruhi tentang kemauan publik untuk membayar (WTP) untuk CCS yang terhitung masih relatif terbatas.

Dikutip dari Carbon Herald, Jumat (27/12/2024) peneliti dalam studi ini memeriksa dampak penyediaan informasi, skala proyek, serta pengetahuan sebelumnya yang dimiliki publik terhadap penangkapan karbon dan juga WTP.

Penelitian dilakukan dengan metode survei daring pada publik Denmark yang dilakukan dari Juni hingga Agustus 2022.

Baca juga: Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Temuan menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan publik terhadap CCS dapat secara signifikan memengaruhi dukungan mereka, terlepas dari target pengurangan CO2 tertentu.

Hasil penelitian ini pun dapat menjadi dasar pengembangan strategi yang efektif untuk menggalang dukungan publik terhadap CCS, sehingga memudahkan penerapan teknologi penting ini dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.

Pentingnya CCS

Mengutip World Economic Forum, CCS sendiri telah menjadi alat inovatif untuk mengurangi emisi karbon dan membuat kemajuan menuju tujuan nol bersih.

Buktinya, pasar CCS mengalami pertumbuhan yang pesat dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan yang diharapkan sebesar 6,2 persen dari tahun 2023 hingga 2030.

Secara sederhana, CCS melibatkan penangkapan karbon dari proses industri dan eksplorasi serta produksi, mengangkutnya dan menyuntikkannya ke dalam formasi geologi bawah tanah untuk menguncinya agar tidak mencemari atmosfer dan berkontribusi terhadap efek rumah kaca.

Demikian pula, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) mengikuti dua langkah pertama yang sama seperti CCS. Namun, alih-alih menyerap karbon di bawah tanah, karbon tersebut diubah menjadi barang-barang industri yang dapat digunakan dalam proses industri lain atau diubah menjadi biofuel dan plastik yang dapat digunakan kembali.

Optimisme terhadap teknologi CCS ini makin besar seiring dengan keberhasilan proyek-proyek yang ada.

Baca juga: Keputusan Menteri Energi ASEAN Dorong CCS Dinilai Setengah Hati Wujudkan Transisi

Misalnya Proyek Petra Nova di Amerika Serikat yang secara efektif telah menangkap lebih dari 1,6 juta ton CO2 setiap tahun dari pembangkit listrik berkapasitas 240 megawatt di Texas.

Sementara itu, di Kanada, proyek CCS Bendungan Batas di Saskatchewan telah menawarkan standar baru sebagai salah satu pembangkit listrik tenaga batu bara skala besar pertama di dunia dengan kemampuan CCS terintegrasi.

Penggunaan penangkapan karbon secara luas tersebut tentunya akan membantu memerangi perubahan iklim.

Sebuah studi terkini oleh Center for Climate and Energy Solutions menemukan bahwa penangkapan karbon, jika dilaksanakan secara efektif, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca global hingga 14 persen pada tahun 2050.

Bila dikombinasikan dengan langkah-langkah pengurangan karbon lainnya, penangkapan karbon merupakan salah satu bagian terpenting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Restorasi Lahan Mangrove dan Gambut Dinilai Jadi Solusi Iklim yang Minim “Budget”

Restorasi Lahan Mangrove dan Gambut Dinilai Jadi Solusi Iklim yang Minim “Budget”

LSM/Figur
Tergabung di GPAP, 25 Negara Bersatu Lawan Polusi Plastik

Tergabung di GPAP, 25 Negara Bersatu Lawan Polusi Plastik

Pemerintah
Siklon Tropis Taliah Berpotensi Picu Gelombang Laut di Sejumlah Perairan, Ini Daftarnya

Siklon Tropis Taliah Berpotensi Picu Gelombang Laut di Sejumlah Perairan, Ini Daftarnya

Pemerintah
LEGO Investasi 2 Juta Poundsterling untuk Proyek Penghapusan Karbon

LEGO Investasi 2 Juta Poundsterling untuk Proyek Penghapusan Karbon

Swasta
Jangan Tunggu Gas Langka, Rumah Tangga Bisa Manfaatkan Sampah Organik Jadi Biogas

Jangan Tunggu Gas Langka, Rumah Tangga Bisa Manfaatkan Sampah Organik Jadi Biogas

LSM/Figur
Ban Kendaraan Jadi Sumber Nanoplastik Terbesar Pegunungan Alpen

Ban Kendaraan Jadi Sumber Nanoplastik Terbesar Pegunungan Alpen

Pemerintah
Gambut dan Mangrove Bisa Pangkas 770 Megaton Emisi CO2 di Asia Tenggara

Gambut dan Mangrove Bisa Pangkas 770 Megaton Emisi CO2 di Asia Tenggara

LSM/Figur
Microsoft Tebus Emisi 7 Juta Ton Karbon Lewat Proyek Penghijauan Hutan

Microsoft Tebus Emisi 7 Juta Ton Karbon Lewat Proyek Penghijauan Hutan

Swasta
Lapisan Es Greenland Retak Sangat Cepat karena Krisis Iklim

Lapisan Es Greenland Retak Sangat Cepat karena Krisis Iklim

LSM/Figur
ITS Sambut Baik Usulan Perguruan Tinggi Kelola Tambang dalam RUU Minerba

ITS Sambut Baik Usulan Perguruan Tinggi Kelola Tambang dalam RUU Minerba

LSM/Figur
Warga Jakarta yang Jadi Anggota Bank Sampah Tak Kena Retribusi

Warga Jakarta yang Jadi Anggota Bank Sampah Tak Kena Retribusi

Pemerintah
Elpiji 3 Kg Langka, Gas Bumi Bisa Jadi Alternatif Pengganti?

Elpiji 3 Kg Langka, Gas Bumi Bisa Jadi Alternatif Pengganti?

Pemerintah
5 Jejak Karbon Harian Tak Terduga, Salah Satunya Kirim Meme

5 Jejak Karbon Harian Tak Terduga, Salah Satunya Kirim Meme

LSM/Figur
Peneliti Temukan Padi yang Mampu Reduksi Metana Hingga 70 Persen

Peneliti Temukan Padi yang Mampu Reduksi Metana Hingga 70 Persen

LSM/Figur
RPP KEN Disetujui, EBT Bakal Digenjot hingga 70 Persen pada 2040

RPP KEN Disetujui, EBT Bakal Digenjot hingga 70 Persen pada 2040

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau