Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Krisis Iklim terhadap Perempuan Lebih Berat

Kompas.com - 17/12/2024, 08:49 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Krisis iklim nyata terjadi di Indonesia. Kelangkaan sumber daya, gagal panen, degradasi lahan, dan sebagainya, membawa dampak kerentanan sosial-ekonomi, khususnya pada perempuan dan kelompok rentan di wilayah terdampak perubahan iklim.

Hal ini memicu kekerasan pada perempuan yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan dampak lainnya.

Posisi perempuan pun semakin sulit karena minimnya perlindungan dalam konteks krisis iklim.

Baca juga: WHO: Kasus Malaria Melonjak dalam 5 Tahun Terakhir akibat Krisis Iklim

Padahal, untuk mewujudkan transisi hijau yang adil dan inklusif, penting memastikan perempuan dan kelompok rentan tidak tertinggal.

Kemudian mengintegrasikan pendekatan berbasis keadilan gender dalam kebijakan dan program terkait perubahan iklim.

Komisioner Komnas Perempuan Veryanto Sitohang mengatakan, tanah, sungai, laut, segala sumber daya di dalamnya adalah sumber kehidupan.

"Saat krisis melanda, resiliensi perempuan menjadi harapan bagi kelangsungan hidup dan kebangkitan dari krisis," ujar Veryanto dalam Diskusi Publik “Krisis Iklim dan Kekerasan terhadap Perempuan", yang digelar Indonesia Women’s Rights Fund (IWRF) bentukan Yayasan Penabulu dan Uni Eropa melalui program CO-EVOLVE 2.

Veryanto menambahkan, pentingnya perhatian pada resiliensi perempuan dalam krisis iklim.

Baca juga: PBB Soroti Krisis Iklim dan Kemanusiaan di Afrika Tengah

Koordinator Sekretaris Nasional Forum Pengada Layanan (FPL) Siti Mazumah mempertegasnya, bakwa krisis iklim dan kekerasan terhadap perempuan memiliki irisan yang erat.

Perempuan kerap kali jadi korban berulang karena krisis iklim yang terjadi, kesulitan dalam mencari sumber makanan, sumber air, polusi hingga berdampak pada kesehatan reproduksi perempuan.

"Oleh karena itu, cross-cutting isu dan penanganan bersama agar perempuan tidak semakin berdampak, sangat penting," kata Siti.

Sementara itu, Eksekutif Nasional Walhi Uli Arta Siagian menegaskan, kebijakan keadilan iklim justru harus mendapat porsi dan tempat utama dalam ruang publik.

Hal ini karena krisis Iklim merupakan persoalan struktural yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan yang terus mengakomodasi industri ekstraktif.

Dampak terbesar dari daya rusak industri ekstraktif dan krisis iklim tersebut dialami lebih berat oleh perempuan.

Baca juga: Keterlibatan Perempuan dalam Pengelolaan Lahan Mutlak Diperkuat

Padahal, di banyak tempat, justru perempuan menjadi aktor utama penjaga iklim, dengan melakukan aksi-aksi adaptasi dan mitigasi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

LSM/Figur
Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Pemerintah
Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah
Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemerintah
Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Swasta
Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah
Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Swasta
CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

LSM/Figur
RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

Pemerintah
AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

Pemerintah
Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Swasta
Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Pemerintah
Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pemerintah
100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

LSM/Figur
BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

BPOM Perlu Percepat Pelabelan BPA pada Air Minum Galon

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau