Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau dengan tiga perempat wilayah merupakan laut seluas 5,9 juta km persegi, dengan panjang garis pantainya yaitu 95.161 km.
Hal ini menjadikan yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Hasanah, 2020).
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, termasuk ekosistem pesisir dan laut yang penting untuk ekowisata bahari.
Keindahan alam, seperti terumbu karang, pantai berpasir putih, dan keanekaragaman hayati laut, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik dan internasional.
Namun, ancaman terhadap keberlanjutan ekosistem ini semakin meningkat akibat eksploitasi berlebihan, pencemaran, serta jumlah pengunjung yang melebihi kapasitas daya dukung kawasan.
Baca juga: Potensi Besar Perikanan dan Ekowisata di Natuna, Terganjal Akses
Menurut Dahuri (2009), ekowisata di kawasan pesisir Indonesia terutama yang melibatkan aktivitas seperti snorkeling, diving, dan wisata pantai, memiliki potensi ekonomi yang signifikan.
Kegiatan ekowisata dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui pekerjaan di sektor pariwisata, serta konservasi alam yang mendukung kelestarian lingkungan hidup.
Namun demikian, tanpa pengelolaan yang berkelanjutan, potensi ini dapat merusak ekosistem yang menjadi daya tarik utama, seperti terumbu karang dan habitat biota laut lainnya.
Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, kondisi ekosistem pesisir di berbagai wilayah mengalami degradasi. Banyak kawasan terumbu karang di Indonesia yang terancam akibat perubahan iklim, polusi, dan kegiatan manusia yang merusak.
Pengelolaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang berdampak pada ekosistem lokal dan perekonomian yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Salah satu contoh kawasan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata bahari berkelanjutan adalah Teluk Tamiang, yang terletak di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Kawasan ini menawarkan berbagai daya tarik wisata alam, seperti terumbu karang yang masih relatif sehat, pantai berpasir putih yang indah, serta keanekaragaman hayati laut yang melimpah.
Terumbu karang di Teluk Tamiang menjadi habitat penting bagi berbagai jenis ikan karang, moluska, dan biota laut lainnya. Keindahan bawah lautnya menawarkan peluang besar bagi kegiatan snorkeling, selam, dan berbagai aktivitas wisata air lainnya (Husein et al. 2024).
Baca juga: Mengintip Pemanfaatan Mangrove sebagai Ekowisata di Bali Barat
Meskipun memiliki potensi yang sangat besar, pengelolaan ekosistem pesisir di Teluk Tamiang perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan berkelanjutan untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Pantai Teluk Tamiang dapat dijadikan case study dalam upaya pengelolaan ekowisata berkelanjutan di Indonesia, dengan mengintegrasikan aspek konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya