Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Rugikan Asuransi Hingga 600 Miliar Dollar AS

Kompas.com, 27 Desember 2024, 19:27 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Laporan baru dari Insure Our Future mencatat, perubahan iklim telah menjadi penyebab lebih dari sepertiga kerugian asuransi selama 20 tahun terakhir.

Secara total, diperkirakan kerugian akibat perubahan iklim mencapai 600 miliar dollar AS, biaya yang sangat besar yang dibebankan oleh penyedia asuransi kepada pemegang polis.

Dikutip dari Euro News, Jumat (27/12/2024), Inggris misalnya, mengalami kerugian asuransi sebesar 190 juta dollar AS akibat hujan ekstrem Badai Henk.

Hujan tersebut diperkirakan empat kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.

Baca juga: Produksi Kentang Terancam karena Perubahan Iklim

Menurut perkiraan Swiss Re Institute, Eropa mengalami kerugian asuransi tertinggi kedua akibat banjir tahun ini dan diperkirakan jumlahnya akan melebihi 135 miliar dollar AS pada tahun 2024 saja.

Laporan Insure Our Future pun memperingatkan perlu tindakan mendesak untuk mengatasi peningkatan risiko iklim yang bisa membuat masyarakat rentan semakin tidak terlindungi.

Dekarbonisasi juga sangat penting dilakukan untuk mengatasi melonjaknya biaya asuransi.

Kerugian karena Perubahan Iklim

Selama dekade terakhir, kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim yang terkait iklim telah meningkat dari 31 persen menjadi 38 persen.

"Perusahaan asuransi pada dasarnya salah memahami risiko iklim dengan gagal mengenali bagaimana emisi gas rumah kaca telah menyebabkan peningkatan kerugian sepanjang abad ini," kata Profesor Ilan Noy dari Universitas Victoria di Wellington.

"Kerusakan iklim akan berkembang secara eksponensial dan dapat membebani baik perusahaan asuransi maupun perekonomian, kecuali kita memangkas emisi secara drastis dekade ini," katanya lagi.

Asuransi juga semakin sulit dijangkau oleh banyak komunitas rentan, karena perusahaan mengelola kenaikan biaya dengan menaikkan premi atau bahkan menarik pertanggungan sepenuhnya dari area berisiko tinggi.

Baca juga: Apakah Perubahan Iklim Sebabkan Gempa Jadi Lebih Sering?

“Perusahaan asuransi memanfaatkan iklim yang tidak stabil untuk menghasilkan laba yang sangat besar, yang merugikan pelanggan mereka dan menguntungkan pemegang saham mereka,” kata Ariel Le Bourdonnec, juru kampanye asuransi dan reasuransi di Reclaim Finance.

Lebih lanjut, Insure Our Future mengatakan, industri asuransi secara keseluruhan telah menunda tindakan iklim yang efektif sementara meninggalkan masyarakat di seluruh dunia untuk menghadapi risiko yang meningkat tanpa perlindungan.

“Industri asuransi secara historis telah membantu membuat masyarakat lebih tangguh. Sekarang, industri ini harus memanfaatkan kekuatannya dan mempercepat transisi ke energi bersih, berhenti menanggung proyek bahan bakar fosil baru, dan segera menyesuaikan diri dengan jalur transisi 1,5 derajat C yang kredibel,” tulis Insure Our Future.

Namun, upaya sukarela tersebut masih jauh dan menghadapi tantangan karena jumlah perusahaan asuransi yang memberlakukan pembatasan pada bahan bakar fosil hampir tidak bertambah dari versi laporan terakhir.

Insure Our Future pun berpendapat bahwa regulator perlu campur tangan dalam cara perusahaan asuransi mengelola risiko iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau